BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit
Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM)
adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema dan asma.
(Bruner & Suddarth, 2002).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik atau Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi
utamanya.
Penyakit
paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit
yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah :
Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas
adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk
pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid.
Mungkin
terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini
tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya
serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan
kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an
penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe
emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka
panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul
dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea,
hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya
terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit, (Price & Wilson, 1994 :
695)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah penyakit PPOM ?
2. Apakah gejala-gejala PPOM ?
3. Manispestasi klinis?
4. Tanda dan Gejala?
5. Bagaimanakah asuhan
keperawatan PPOM ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu memahami konsep dasar dan asuhan keperawatan yang diberikan kepada Lansia
dengan Masalah Pernafasan (PPOM).
2. Tujuan
Khusus
a. Mahasiswa mengetahui tentang
definisi dari PPOM pada lansia.
b. Mahasiswa mengetahui penyebab
dari PPOM.
c. Mahasiswa mengetahui tanda
dan gejala dari PPOM.
d. Mahasiswa mengetahui
Penatalaksanaan PPOM pada lansia.
e. Mahasiswa mengetahui
Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Fokus intervesi, dan Evaluasi dengan PPOM
pada lansia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi PPOM
PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan
fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang disebabkan oleh adanya
penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa
observasi beberapa waktu (Mansunegoro, 1992).
Dalam PPOM , aliran dara
ekspirasi mengalami obstruksi yang kronis dan pasien mengalami kesulitan dalam
bernafas. PPOM sesungguhnya merupakan kategori penyakit paru-paru yang utama
dan penyakit ini terdiri dari beberapa penyakit yang berbeda. Ada dua contoh
penyakit PPOM yang biasa terjadi yaitu penyakit Emfisema dan bronchitis kronis,
dimana keduanya menyebabkan terjadinya perubahan pola pernafasan.
Emfisema
Emfisema terjadi pembesaran ruang udara bronkhioli distal sampai terminalis. Hal ini menyebabkan kerusakan pada dinding alveolar, ehingga mengakibatkan timbulnya mal fungsi pada pertukaran gas. Pasien dengan Emfisema harus bertahan hidup dengan keadaan penyakit yang irreversible dan mereka akan mengalami perbaikan setelah mengikuti program rehabilitasi. Ciri khas dari penyakit ini adalah pasien akan mengalami periode stabil dan kemudian berangsur-angsur memburuk, yang seringkali terjadi sebagai akibat dari infeksi pernafasan. Perlu mengawasi dan mengkaji tanda-tanda dan gejala penurunan pada pesien, termasuk tanda-tanda meningkatnya produksi sputum, kekentalan sputum dengan warna berubah kuning menjadi hijau, meningkatnya kecemasan dan menurunnya toleransi daya kekuatan tubuh terhadap aktivitas yang biasa dilakukan, serta meningkatnya ronchi dan suara bising pada auskultasi paru-paru.
Bronchitis Kronis
Bronchitis kronis bisa
dikenali dengan adanya pengeluaran secret yang berlebihan dari trakeo-bronchial
dan terakumulasi setiap hari selama paling tidak 3 bulan pertahun selama dua
tahun berturut-turut. Pasien memiliki keluhan batuk kronis dengan produksi
dahak yang makin meningkat. Penyebab batuk lainnya seperti kanker paru-paru
atau kanker laringeal sebaiknya disingkirkan terlebih dahulu. Pada penyakit
bronchitis kronis, sekresi yang berlebihan terakumulasi dan jika diludahkan
akan nampak seperti dahak yang kental dan putih. Dalam jangka waktu yang lama
akan terjadi pembesaran kelenjar mukosa bronchial sehingga menyebabkan
obstruksi jalan nafas.
2.2 Etiologi
PPOM disebabkan oleh faktor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian
besar bias dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90%
kasus PPOM. Feaktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status
pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungsn yang buruk karena dekat lokasi pertambangan,
perokok pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang berlebihan.
Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOM.
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi PPOM adalah sangat komplek dan komprehensif sehingga mempengaruhi semua sisitem tubuh yang artinya sama juga dengan mempengaruhi gaya hidup manusia. Dalam prosesnya, penyakit ini bias menimbulkan kerusakan pada alveolar sehingga bisa mengubah fisiologi pernafasan, kemudian mempengaruhi oksigenasi tubuh secara keseluruhan. Abnormal pertukaran udara pada paru-paru terutama berhubungan dengan tiga mekanisme berikut ini:
1.
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Hal ini menjadi penyebab
utama hipoksemia atau menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal
antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Peningkatan keduanya terjadi ketika penyakit yang semakin berat
sehingga menyebabkan kerusakan pada alveoli dan dan kehilangan bed kapiler.
Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi sama. Ventilasi dan
perfusi yang menurun bias dilihat pada pasien PPOM, dimana saluran pernafasan
nya terhalang oleh mukus kental atau bronchospasma. Di sini penurunan ventilasi
akan terjadi, akan tetapi perfusi akan sama, atau berkurang sedikit. Banyak di
diantara pasien PPOM yang baik empisema maupun bronchitis kronis sehingga ini
menerangkan sebabnya mengapa mereka memiliki bagian-bagian,dimana terjadi
diantara keduanya yang meningkat dan ada yang menurun.
2.
Mengalirnya darah kapiler pulmo
Darah yang tidak
mengandung oksigen dipompa dari ventrikel kanan ke paru-paru, beberapa
diantaranya melewati bed kapiler pulmo tanpa mengambil oksigen. Hal ini juga
disebabkan oleh meningkatnya sekret pulmo yang menghambat alveoli.
3.
Difusi gas yang terhalang
Pertukaran gas yang
terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari sati atau da seba yaitu
berkurangnya permukaan alveoli bagi pertukaran udara sebagai akibat dari
penyakit empisema atau meningkatnya sekresi, sehingga menyebabkan difusi
menjadi semakin sulit.
2.4 Tanda dan Gejala
Perkembangan
gejala-gejala yang merupakan cirri-ciri dari PPOM adlah malfungsi kronis pada
system pernafasan yang manifestasi awalnya adalah ditandai dengan batuk-batuk
dan produksi dahak khususnya yang menjadi di saat pagi hari. Nafas pendek
sedang yang berkembang mnejadi nafas pendek akut. Batuk dan produksi dahak
(pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk persisten yang
disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya, pasien akan
sering mengalami infeksi pernafasan dan kehilangan berat badan yang cukup
drastis, sehingga pada akhirnya pasien tersebut tidak akan mampu secara
maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah tangga atau yang menyangkut tanggung
jawab pekerjaannya.
Pasien mudah sekali
merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan kegiatan
sehari-hari. Selain itu, pasien PPOM banyak yang mengalami penurunan berat
badan yang cukup drastis sebagai akibat dari hilangnya nfsu makan karena
produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan tubuh, kehilangan
selera makan,penrunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukup
oksigenasi sel dalam system gastrointestinal. Pasien PPOM, lebih membutuhkan
banyak kalori karena lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
2.5 Manifestasi Klinik
1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh
iritan-iritan inhalan, udara dingin, atau infeksi.
2. Sesak
nafas dan dispnea.
3. Terperangkapnya
udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada mengembang.
4. Hipoksia
dan Hiperkapnea.
5. Takipnea.
6. Dispnea
yang menetap( Corwin , 2000 : 437 )
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita
PPOM usia lanjut, sebagai berikut :
1.
Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2.
Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan
berbagai cara.
3.
Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak
ada infeksi anti mikrobia tidak perlu diberikan.
4.
Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator (
Aminophillin dan Adrenalin ).
5.
Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang
muncul )
- Batuk
produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
- Sesak nafas
beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
- Dehidrasi
beri minum yang cukup bila perlu pasang infus
6. Penanganan
terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan
oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan dengan aliran lambat : 1-2
liter/menit.
8. Mengatur
posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara yang terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan energi.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara untuk menyimpan energi.
10. Tindakan
“Rehabilitasi” :
-
Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret bronkus.
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling efektif baginya.
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernafasan yang paling efektif baginya.
- Latihan,
dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan kesegaran
jasmaninya.
- Vocational
Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar sedapat-dapat kembali
mampu mengerjakan pekerjaan semula.
- Pengelolaan
Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri penderita dengan
penyakit yang dideritanya (Dharmajo dan Martono, 1999 : 385).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PPOM
3.1 Pengkajian
Pengkajian
mencakup pengumpulan informasi tentang gejala-gejala terakhir juga manifestasi
penyakit sebelumnya. Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan
sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat kesehatan yang jelas dari proses
penyakit :
·
Sudah berapa lama pasien
mengalami kesulitan pernapasan ?
·
Apakah aktivitas meningkatkan
dispnea? Jenis aktivitas apa?
·
Berapa jauh batasan pasien
terhadap toleransi aktivitas?
·
Kapan selama siang hari pasien
mengeluh paling letih dan sesak napas?
·
Apakah kebiasaan makan dan
tidur terpengaruh?
·
Apa yang pasien ketahui tentang
penyakit dan kondisinya?
Data tambahan dikumpulkan
melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan yang patut dipertimbangkan untuk
mendapatkan data lebih lanjut termasuk :
·
Berapa frekuensi nadi dan
pernapasan pasien?
·
Apakah pernapasan sama dan
tanpa upaya?
·
Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot
abdomen selama inspirasi?
·
Apakah pasien menggunakan
otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?
·
Apakah tampak sianosis?
·
Apakah vena leher pasien tampak
membesar?
·
Apakah pasien mengalami edema
perifer?
·
Apakah pasien batuk?
·
Apa warna, jumlah dan
konsistensi sputum pasien?
·
Bagaimana status sensorium
pasien?
·
Apakah terdapat peningkatan
stupor? Kegelisahan?
3.2 Diagnosa Keperawatan PPOM
a)
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi,
peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.
b)
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi
c)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea
d)
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, malnutrisi
e)
Kurang pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang
informasi.
3.3 Intervensi PPOM
a) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan
dengan bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus, batuk tidak efektif,
infeksi bronkopulmonal.
. Intervensi /
Perencanaan
1. Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan
dengan tertahannya sekresi.
Tujuan : Mengefektifkan
jalan nafas
Hasil yang diharapkan : -
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih / jelas
- Menunjukkan perilaku
untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misal : Batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Misal : Batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misal : mengi, krekels, ronki.
Rasional : Beberapa derajat bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: krekels basah (bronkhitis),bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema).
- Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi mengi (emfisema)
Rasional : takipnea ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan / selama stress / adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misal : mengi, krekels, ronki.
Rasional : Beberapa derajat bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius, misal: krekels basah (bronkhitis),bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema).
- Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi mengi (emfisema)
Rasional : takipnea ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan / selama stress / adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan ferkuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat tidur, duduk dan sandaran tempat tidur.
- Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misal: peninggian kepala tempat tidur, duduk dan sandaran tempat tidur.
Rasional : Peninggian
kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi,
namun pasien dengan slifres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk
bernafas.
- Pertahankan polusi
lingkungan minimum debu, asap dll
Rasional : Pencitus tipe
reaksi alergi pernafasan yang dapat mentrigen episode akut.
- Bantu latihan nafas abdomen / bibir
- Bantu latihan nafas abdomen / bibir
Rasional : Memberikan
pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan
jebakan udara.
- Ajarkan teknik nafas
dalam batu efektif
Rasional : Batuk dapat
menetap tetapi efektif khususnya bila pada lansia,sakit akut, atau kelemahan.
Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi / kepala dibawah setelah perkusi
dada.
Kolaborasi
- Berikan obat sesuai indikasi
- Berikan obat sesuai indikasi
Ø
Brokodilator mis, B-agonis, Epinefrin (adrenalin, vaponefrim) albuterol
(Proventil, Ventolin) terbulatin (Brethine, Brethaire), isoetarin (Brokosol,
Bronkometer).
Rasional : Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas mengi, dan produksi mukosa, obat-obat mungkin per oral, injeksi / inhalasi.
Rasional : Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas mengi, dan produksi mukosa, obat-obat mungkin per oral, injeksi / inhalasi.
Ø Xantin,
mis aminofilin, oxtrifilin (Choledyl), teofilin (Bonkoddyl, Theo-Dur)
Rasional : Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan meningkatkan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitis diafragma.
Ø Berikan humidifikasi tambahan mis nubuter nubuliser, humidiper aerosol ruangan dan membantu menurunkan / mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
Rasional : Menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan membantu
Rasional : Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos dengan meningkatkan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan kelemahan otot / kegagalan pernafasan dengan meningkatkan kontraktilitis diafragma.
Ø Berikan humidifikasi tambahan mis nubuter nubuliser, humidiper aerosol ruangan dan membantu menurunkan / mencegah pembentukan mukosa tebal pada bronkus.
Rasional : Menurunkan kekentalan sekret mempermudah pengeluaran dan membantu
Intervensi :
Mandiri
·
Auskultasi bunyi nafas
·
Kaji frekuensi pernapasan
·
Kaji adanya dispnea, gelisah,
ansietas, distres pernapasan dan penggunaan otot bantu pernapasan
·
Berikan posisi yang nyaman pada
pasien : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
·
Hindarkan dari polusi
lingkungan misal : asap, debu, bulu bantal
·
Dorong latihan napas abdomen
·
Observasi karakteristik batuk
misalnya : menetap, batuk pendek, basah
·
Tingkatkan masukan cairan
sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung
·
Berikan air hangat
Kolaborasi :
·
Berikan obat sesuai indikasi :
bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid oral/IV dan inhalasi, antimikrobial,
analgesik
·
Berikan humidifikasi tambahan :
misal nebuliser ultranik
·
Fisioterapi dada
·
Awasi GDA, foto dada, nadi
oksimetri
b)
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi
Mandiri :
·
Kaji frekuensi, kedalaman
pernapasan. Catat penggunaan alat bantu pernapasan
·
Tinggikan kepala tempat tidur,
bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk bernapas
·
Kaji kulit dan warna membran
mukosa
·
Dorong mengeluarkan
sputum,penghisapan bila diindikasikan
·
Auskulatasi bunyi nafas
·
Palpasi fremitus
·
Awasi tingkat kesadaran
·
Batasi aktivitas pasien
·
Awasi TV dan irama jantung
Kolaborasi :
·
Awasi GDA dan nadi oksimetri
·
Berikan oksigen sesuai indikasi
·
Berikan penekan SSP
(antiansietas, sedatif atau narkotik)
·
Bantu intubasi, berikan
ventilasi mekanik
c)
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
produksi sputum, efek samping obat, kelemahan, dispnea
Intervensi :
Mandiri :
·
Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini. Evalusi berat badan
·
Auskultasi bunyi usus
·
Berikan perawatan oral sering
·
Berikan porsi makan kecil tapi
sering
·
Hindari makanan penghasil gas
dan minuman berkarbonat
·
Hindari makanan yang sangat
panas dan sangat dingin
·
Timbang BB
Kolaborasi :
·
Konsul ahli gizi untuk
memberikan makanan yang mudah dicerna
·
Kaji pemeriksaan laboratorium seperti
albumin serum
·
Berikan
vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi
·
Berikan oksigen tambahan
selama makan sesuai indikasi
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
dispnea, kelemahan efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual /
muntah.
Tujuan : Memenuhi
kebutuhan nutrisi klien secara adekuat
Kriteria hasil yang
diharapkan :
- Menunjukkan peningkatan
berat badan menuju tujuan yang tepat.
- Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / mempertahankan berat yang tepat.
- Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi
- Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evalusi BB dan ukuran tubuh.
- Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini, catat derajat kesulitan makan, evalusi BB dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien
distress pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan
obat. Selain itu banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun
kegagalan pernafasan membuat status hipermetalik dengan meningkatkan kebutuhan
kalori.
- Kaji pentingnya latihan
nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering, dan masukan cairan adekuat.
Rasional : Aktifitas ini
meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadi
infeksi paru.
- Tunjukkan dan bantu
pasien tentang pembuangan tisu dan sputum
Rasional : Cegah penyebaran patogen melalui cairan.
Rasional : Cegah penyebaran patogen melalui cairan.
- Dorong keseimbangan
antara aktifitas dan istirahat
Rasional : Menurunkan
konsumsi / kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien
terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan.
Kolaborasi
- Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan kuman gram kultur / sensitivitas.
Kolaborasi
- Dapatkan spesimen dengan batuk / penghisapan untuk pewarnaan kuman gram kultur / sensitivitas.
Rasional : Dilakukan
untuk mengidentifikasikan organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai
anti mikrobia.
- Berikan anti mikrobia
sesuai indikasi
Rasional : Dapat
diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kulturdan
sensitivitas, atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi.
e)
Kurang pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang informasi.
·
Jelaskan proses penyakit
·
Jelaskan pentingnya latihan
nafas, batuk efektif
·
Diskusikan efek samping dan reaksi obat
·
Tunjukkan teknik penggunaan
dosis inhaler
·
Tekankan pentingnya perawatan
gigi /mulut
·
Diskusikan pentingya
menghindari orang yang sedang infeksi
·
Diskusikan faktor lingkungan
yang meningkakan kondisi seperti udara terlalu kering, asap, polusi udara. Cari
cara untuk modifikasi lingkungan
·
Jelaskan efek, bahaya merokok
·
Berikan informasi tentang
pembatasan aktivitas, aktivitas pilihan dengan periode istirahat
·
Diskusikan untuk mengikuti
perawatan dan pengobatan
·
Diskusikan cara perawatan di
rumah jika pasien diindikasikan pulang
F. Defisit pengetahuan tentang PPOM berhubungan dengan kurang informasi,
salah mengerti tentang informasi, kurang mengingat / keterbatasan kognitif.
Tujuan : Klien mampu untuk
mengetahui tentang pengertian / informasi PPOM.
Kriteria hasil yang diharapkan :
- Menyatakan pemahaman kondisi /
proses penyakit dan tindakan
- Mengidentifikasi hubungan
tanda / gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor
penyebab.
Intervensi :
- Jelaskan / kuatkan penjelasan
proses penyakit individu
Rasional : Menurunkan ansietas
dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
- Instruksikan / kuatkan
rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir + nafas
abdominal / diafragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan
kolaps jalan nafas kecil dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea.
Latihan kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot dan rasa
sehat.
- Diskusikan obat pernafasan,
efek samping + reaksi yang tak diinginkan
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernafasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama + potensial interaksi obat, penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan efek samping merugikan.
- Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi
Rasional : Pasien ini sering mendapat obat pernafasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama + potensial interaksi obat, penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping mengganggu dan efek samping merugikan.
- Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi
Rasional : Menurunkan
pertumbuhan bakteri pada mulut, dimana dapat menimbulkan infeksi saluran nafas
atas.
- Diskusikan faktor individu
yang meningkatkan kondisi mis: udara terlalu kering, angin, lingkungan dengan
suhu ekstrem, serbuk, asap tembakau, sprei aerosol, polusi udara.
Rasional : Faktor lingkungan ini
dapat menimbulkan iritasi bronkial menimbulkan peningkatan produksi sekret dan
hambatan jalan nafas.
- Diskusikan pentingnya
mengikuti perawatan medik, foto dada periodik dan kultur sputum.
Rasional : Pengawasan proses
penyakit untuk membuat program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan
dapat membantu mencegah komplikasi
( Doenges, 2000 : 152).
( Doenges, 2000 : 152).
3.4. Evaluasi
Fokus utama
pada klien Lansia dengan COPD adalah untuk mengembalikan kemampuan dalam ADLS,
mengontrol gejala, dan tercapainya hasil yang diharapkan. Klien Lansia mungkin
membutuhkan perawatan tambahan di rumah, evaluasi juga termasuk memonitor
kemampuan beradaptasi dan menggunakan tehnik energi conserving, untuk
mengurangi sesak nafas, dan kecemasan yang diajarkan dalam rehabilitasi paru.
Klien Lansia membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari tehnik rehabilitasi
yang diajarkan. Bagaimanapun, saat pertama kali mengajar, mereka harus
mempunyai pemahaman yang baik dan mampu untuk beradaptasi dengan gaya hidup
mereka.(Leukenotte, M A, 2000 : 502)
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
PPOM merupakan kondisi
ireversibel yang berkaitan dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran
masuk dan keluar udara paru-paru.
3.2 Kritik
Makalah ini masih belum cukup sempurna
dan masih ada banyak kesalahan sehingga kami mohon kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah kami yang selanjutnya.
3.3 Saran
Berusaha dan selalu bekerja sama akan
membawa kita menuju keberhasilan dalam menyelesaikan masalah dan mengerjakan
tugas serta melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab akan
membuat kita semakin menjadi dewasa dan mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Gofir Abdul. 2003. Diagnosa
dan Terapi kedokteran. Salemba Medika: Jakarta
Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Suyono Selamet. 2001. Ilmu Penyakit dalam Jilid II Edisi ketiga.Balai Penerbit FKUI: Jakarta
Dianec Buughman. 1997.
Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta
Http:www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar