BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Psikologi perkembangan merupakan
cabang dari psikologi individu, baik sebelummaupun setelah kelahiran berikut
kematangan perilaku J.P. Chaplin, 1979) psikologi perkembangan merupakan
ilmu yang mempelajari karakteristik setiap fase-fase perkembangan. Dalam
hal ini penulis merasa tertarik untuk mengetahui
karakteristik perkembangan fase remaja, hal-hal apa saja yang
mempengaruhi psikologi perkembangan pada fase remaja, serta problematika
pacaran pada masa remaja, maka dengan ini penulis mengambil judul psikologi pada remaja untuk makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mandir yang diberikan oleh dosen mata kuliah psikologi
perkembangan serta bertujuan untuk memenuhi atau menjawab rasa penasaran yang
begitu kuat untuk mengetahui lebih dalam tentang psikologi remaja.
2.Batasan Masalah
Psikologi perkembangan adalah ilmu yang luas
yang saling berkesinambungan antarasetiap fase-fase perkembangan agar masalah
penelitian leih terfokus kepada tujuan penelitian dan tidak terlalu luas,
maka dengan ini penulis membatasi masalah penelitianhanya pada ruang lingkup
Remaja dan pacaran saja.
3.Identifikasi MasalahDalam hal ini penulis
mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1.Pengertian psikologi perkembangan
2.Karakteristik perkembangan fase
remaja
3.Pembahasan atau analisis data yang
diperoleh tentang pacaran.
4.Metode Penelitian Pada makalah ini penulis menggunakan metode deskripsi
untuk menggambarkan masalah penelitian.
Adapun azas teknik pengumpulan data yangdilakukan
penulis adalah sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan, merupakan penelitian dengan cara melakukan
penelitian langsungke lapangan untuk memperoleh data dan informasi yang
diperlukan dari objek penelitian,hal ini dilakukan dengan cara membagikan
angket yang berisi pertanyaan-pertanyaantentang masalah penelitian.
2. Penelitian kepustakaan atau library research yang dilakukan dengan
caramengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya
yang adahubungannya dengan masalah yang diteliti3.Metode analisa kualitatif dan
kuantitatif yaitu dengan cara menganalisa data denganmenggunakan uraian-uraian
angka atau kalimat yang berdasarkan teori disertai dengan penjelasan dalam
pemecahan masalah yang dapat melengkapi kesimpulan yangdiharapkan.
BAB II
LANDASAN TEORI
1.Pengertian
Psikologi perkembangan dan makna remaja. Pengertian
psikologi perkembangan Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi
yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah
kelahiran berikut kematangan perilaku. ( J.P. Chaplin, 1979 ).
Psikologi perkembangan merupakan
cabang psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan
sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masakonsepsi sampai mati. (
Ross Vasta. dkk, 1992 ).
Perkembangan
Psikologi Remaja. Bicara tentang psikologi remaja tentu tak lepas dari perkembangan psikologis remaja,
yang mana dapat dikatakan suatu fase perkembangan yang dialami seseorang ketika
memasuki usia 12-22 tahun. Pada fase perkembangan psikologi remaja, anak harus mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakannya. Lebih lanjut tentang psikologi remaja
simak disini.
Makna remaja Remaja adalah tahap
umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai
oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh
remaja luar dandalam itu, membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap,
perilaku, kesehatan sertakepribadian remaja. (Darajat Zakiah, Remaja harapan
dan tantangan: 8).
Hal inilah yang membawa para pakar
pendidikan dan psikologi condong untuk menamakan tahap-tahap peralihan
tersebut dalam kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan
dari kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa. Biasanya remaja
belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan
dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas dirinya.
Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas
tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian.
Dalam pandangan Islam seorang manusia
bila telah akhil baligh, maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya.
Jika ia berbuat baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak
baik akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimanatimbulnya berbagai
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih
jelas dan daya fakir menjadi matang. Namun masa remaja penuh
dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, dimana
berkecambuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya
harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa
yang matang.
Secara psikologis, masa remaja
adalah usia dimana individu berintelegensi denganmasyarakat dewasa, usia dimana
anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orangyang lebih tua melainkan
berada dalam tingkatan uang sama, sekurang-kurangnya dalammasalah hak.
Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif,kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok.
Transformasi intelektual yang khas
dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum
dari periode perkembangan ini. Fase remaja merupakan perkembangan individu yang
sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)
sehingga mampu bereproduksi. MenurutKonpka (Pikunas, 1976) masa remaja ini
meliputi:
(a) remaja awal: 12-15 tahun;
(b)remaja madya: 15-18 tahun;
(c) remaja akhir: 19-22 tahun.
Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan
sikap tergantung(dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian
(independence), minat-minatseksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap
nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.Dalam budaya Amerika, periode remaja ini
dipandang sebagai “Strom dan Stress”,frustasi dan penderitaan, konflik dan
krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang
cinta,
dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang
dewasa(Lustin Pikunas, 1976).
Setiap remaja
dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting dan krusial manakala anak
sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa
remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana
pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Salah satu aspek dari ketrampilan sosial adalah penerimaan sosial.
Menurut Hurlock (dalamYusuf, 2002)
penerimaan sosial adalah individu dinilai positif oleh orang lain, mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain. Dengan kata lain seseorang dapat diterima secara
positif oleh lingkungan sekitarnya dan mau berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan sosial dalam masyarakat.
Sementara itu
pengertian penerimaan sosial menurut Berk (dalam Habibah,
2000) adalah kemampuan seseorang, sehingga ia dihormati oleh anggota kelompok
yang lainnya sebagai partner sosial yang berguna. Kemampuan ini meliputi
kemauan untuk menerima orang lain sekurang-kurangnya sabar menghadapi, bersikap
tenang, ramah tamah dan sebagainya. Penerimaan sosial dapat memudahkan dalam
pembentukan tingkah laku sosial yang diinginkan, reinforcement atau modeling
dan pelatihan secara langsung dapat meningkatkan keterampilan sosial.
Penerimaan
sosial juga berarti dipilih sebagai teman untuk suatu aktifitas dalam kelompok
dimana seseorang menjadi anggota. Ini merupakan indeks keberhasilan yang
digunakan seseorang untuk berperan dalam kelompok sosial dan menunjukkan
derajat rasa suka anggota kelompok yang lain untuk bekerja sama atau bermain
dengannya (Hurlock, 1997). Individu yang diterima secara sosial biasanya lebih
mampu menerima dirinya sendiri, hal ini karena terdapat korelasi yang cukup
tinggi antara social acceptence dan self acceptence sehingga
dapat dikatakan bahwa individu yang mempunyai tingkat penerimaan sosial yang
tinggi akan memiliki konsep diri yang positif (Centi dalam Habibah, 2000).
2. Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja
A. Perkembangan Fisik
Psikologi Remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan
manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan
berikutnya. Pada remaja awal, pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak
proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja
akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya
(Syamsu Yusuf :2005). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan
terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni
:
1) Ciri-ciri Seks Primer
` Perkembangan
psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada organ testis,
pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ
seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami
“mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat
pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk
kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama).
Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang,
kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. Psiko
2) Ciri-ciri Seks Sekunder
Perkembangan psikologi remaja pada
seksualitas sekunder adalah pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu
sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami
pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan
kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi
parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga
mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan
kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu
di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa
secara proporsional.
B. Perkembangan Kognitif
Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20
thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat
digambarkan sebagai berikut:
a. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir
logis tentang gagasan abstrak
b. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu
membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan
masalah
c. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi,
membedakan yang konkrit dengan yang abstrak
d. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar
menguji hipotesis
e. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan
mengeksplorasi alternatif untuk mencapainyakologi
remaja
f. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar
berinstropeksi
g. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi
agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri)
Remaja mengalami puncak
emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja
awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif
dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan
remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di
lingkungan yang kurang kondusif, kematangan emosionalnyaterhambat. Sehingga
sering mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi remaja
1) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka
menggangu dan lain-lainnya
2) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun,
pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau
obat terlarang
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang
kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
1) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang,
simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang
lain), ramah, dan lain-lainnya
2) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung,
tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan
secara sehat dan bijak.
D. Pekembangan Moral
Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang
tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan
psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). psikologi remaja
E. Perkembangan
Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan
kemampuan untuk memahami orang lain (social cognition) dan menjalin
persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis
yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap,
nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan
pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah
dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat,
pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan
lain-lainnya.
f. Perkembangan Kepribadian
Psikologi Remaja
Psikologi
remaja. Isu sentral
pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal
menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem
“siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga
risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan
kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja
(psikologi remaja) adalah
:
1) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa
konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula
2) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan
emosi-emosi baru
3) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi
kembali obsesi dan cita-citanya
5) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa
transisi dari masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat memahami,
mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri
2.Ciri-Ciri Masa Remaja
1.Masa remaja sebagai periode peralihan, yaitu
peralihan dari masa kanak-kanak ke peralihan masa dewasa.
2.Masa remaja sebagai periode perubahan.
3.Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4.Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5.Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan,
karena masalah penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap
perubahan membutuhkan penyesuaiandiri.
6.Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
7.Ciri-ciri kejiwaan remaja, tidak stabil, keadaan
emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat,
peka, mudah tersinggung, dan perhatiannya terpusat pada dirinya.
3. Alasan-Alasan Yang Umum Untuk Berpacaran Selama
Masa Remaja
1.HiburanApabila berkencan dimaksudkan untuk hiburan,
remaja menginginkan agar pasanganyamempunyai berbagai keterampilan sosial yang
dianggap penting oleh kelompok sebaya,yaitu sikap baik hati dan menyenangkan
2.SosialisasiKalau anggota kelompok sebaya membagi
diri dalam pasangan-pasangan kencan, makalaki-laki dan perempuan harus
berkencan apabila masih ingin menjadi anggota kelompok dan mengikuti
berbagai kegiatan sosial kelompok
3.StatusBerkencan bagi laki-laki dan perempuan,
terutama dalam bentuk berpasangan tetap,memberikan status dalam kelompok
sebaya, berkencan dalam kondisi demikianmerupakan batu loncatan ke status yang
lebih tinggi dalam kelompok sebaya.
4.Masa PacaranDalam pola pacaran, berkencan berperan
penting karena remaja jatuh cinta dan berharapserta merencanakan perkawinan, ia
sendiri harus memikirkan Sungguh-sungguh masalahkeserasian pasangan kencan
sebagai teman hidup.
5.Pemilihan Teman HidupBanyak remaja yang bermaksud
cepat menikahi memandang kencan sebagai cara percobaan atau usaha untuk
mendapatkan teman hidup.
4. Kebutuhan Remaja
1.Kebutuhan akan pengendalian diri
2.Kebutuhan akan kebebasan3.Kebutuhan akan rasa
kekeluargaan
4.Kebutuhan akan penerimaan sosial
5.Kebutuhan akan penyesuaian diri6.Kebutuhan akan
agama dan nilai-nilai sosial
5.Berbagai konflik yang dialami oleh remaja
1.Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri
dan kebutuhan untuk bebas danmerdeka
2.Konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan
kebutuhan akan ketergantungan kepadaorang tua.
3.Konflik antara kebutuhan seks dan kebutuhan agama
serta nilai sosial.
4.Konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang
dipelajari oleh remaja ketika ia kecil duludengan prinsip dan nilai yang
dilakukan oleh orang dewasa di lingkungannya dalamkehidupan sehari-hari.
5.Konflik menghadapi masa depan.
6.Tugas-tugas perkembangan remaja William Kay
mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut :
a.Menerima
fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b.Mencapai
kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mencapai otoritas.
c.Mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul denganteman sebaya
atau orang lain, baik secara individu maupun kelompok.
d.Menemukan manusia model yang
dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan
memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendirif.
Memperkuat self-control (kemampuan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai.
Prinsip-prinsip atau falsafah hidup
(Weltanschauung).
g.Mampu meninggalkan reaksi dan
penyesuaian diri (sikap/perilaku) kenak-kanakan.
7. Masa-Masa Remaja
Masa remaja merupakan masa yang
banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnyadan peranannya yang
menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orangdewasa. Masa ini
dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut:
1) Masa praremaja (remaja awal) Masa praremaja
biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa iniditandai oleh
sifat-sifat negative pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut
masanegative dengan gejalanya seperti tidak senang, kurang suka bekerja,
pesimisitik, dansebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negative tersebut
dapat diringkas, yaitu:
a) negative dalam prestasi, baik prestasi jasmani
maupun prestasi mental; dan
b) negativedalam sosial, baik dalam bentuk menarik
diri dari masyarakat (negative positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap
masyarakat (negative aktif).
2) Masa remaja (remaja madya) Pada masa ini mulai
tumbuh dalam diri remaja dorong untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang
dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turutmerasakan suka dan
dukanya.
Pada masa ini, sebagai masa mencari
sesuatu yang dapatdipandang menilai, pantas dijunjung tinggi dan di puja-puja
sehingga masa ini disebutmasa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai
dewa remaja. Proses terbentuknya pendirian atau pandangan hidup atau cita-cita
hidup itu dapat di pandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses
penemuan nilai-nilai kehidupantersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman,
si remaja pedoman, si remajamerindukan sesuatu bayang dianggap bernilai, pantas
dipuja walau pun sesuatu yangdipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan
seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yangdiinginkannya.
Kedua objek pemujaan itu telah menjadi lebih
jelas, yaitu pribadi – pribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu
(jadi personifikasi nilai-nilai). Pada anak laki-laki sering aktif meniru,
sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam
khayalan.
3) Masa remaja akhir Setelah remaja telah
ditentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja
akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja,
yaitumenemukan pendirian hidup masuklah individu ke dalam masa dewasa.
.4) Masa Usia KemahasiswaanMasa usia mahasiswa
sebenarnya berumur sekitar 18,0 sampai 25,0 tahun. Mereka dapatdigolongkan pada
masa remaja akhir sampai masa dewasa awal atau dewasa madya.Dilihat dari segi
perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan
pendirian hidup.
8. Karakteristik Perkembangan Remaja
Seiring perkembangan dan pertumbuhan
fisik, terjadi pula perubahan dan perkembangandi dalam tubuhnya. Kelenjar
kanak-kanaknya telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang
memproduksi hormon, sehingga menggalakan Pertumbuhan organ seksyang tumbuh
menuju kesempurnaan. Organ seks menjadi besar disertai dengan kemampuannya
untuk melaksanakan fungsinya. Pada remaja putri terjadi pembesaran payudara dan
pembesaran pinggul. Disamping itu meningkat pula dengan cepat berat dan tinggi
badan. Sedangkan pada remaja pria
mulai kelihatan (membesar) jakun di lehernya dan suara menjadi sengau / besar.
Disamping itu bahunya bertambah lebar dan mulai tumbuh bulu di ketika dan di
atas bibir atasnya (kumis). Satu tanda Kematangan seksual dengan jelas pada
remaja putri tetapihanya diketahui oleh yang bersangkutan saja, yaitu
terjadinya datang bulan / haid dan pada remaja putera mimpi basah.
Tanda-tanda permulaan Kematangan seksual tidak berarti bahwa secara
langsung terjadi kemampuan reproduksi.
9. Penyimpangan atau Kenakalan Remaja
1.Seks bebas di kalangan remaja, yang bisa menyebabkan
terjangkitnya penyakit AIDS.
2.Kecanduan akan Narkoba yang menyebakan kematian dan
AIDS
3.Kecanduan Alkohol / minuman keras.
4.Tawuran.
5.Sering berkunjung ke diskotik.
6.Menjajakan diri kepada pria hidung belang.
10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Menyimpang Pada Remaja
1.Kelalaian orangtua dalam mendidik anak (memberikan
ajaran dan bimbingan tentangnilai-nilai agama).
2.Sikap perilaku orangtua yang buruk terhadap anak.
3.Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit
(miskin/fakir).
4.Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan
terlarang secara bebas.
5.Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok.
6.Beredarnya film-film atau bacaan-bacaan porno
7.Perselisihan
atau konflik orangtua (antar anggota keluarga).
8.Perceraian
orangtua.
9.Penjualan
alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol.
10.Hidup
menganggur.
11.Kurang
dapat memanfaatkan waktu luang.
12.Pergaulan
negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikannilai-nilai
moral).
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
1) Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan
menyikapi kelebihan dirinya
2) Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model
manusia yang diidamkan
3) Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua,
dan sikap teman-temannya
4) Mengembangkan sikap-sikap pribadinya
g. Perkembangan Kesadaran
Beragama
Iman dan hati adalah penentu
perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi
pada psikologi remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis psikologi remaja hingga menyoroti
nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke
dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis
kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan
nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di
sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan
ujian.
Ada seorang Ibu yang tinggal di
Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau
mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU,
sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak
ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan-pun ikut diserang ?
Mengapa para pelajar itu begitu
sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak
bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja
banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini ?
Seperti yang sudah diulas dalam artikel lain di situs
ini, remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan
mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
- Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
- Masa pubertas (14 - 16 tahun)
- Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
- Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Masa pra-pubertas (12 - 13
tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan
dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja,
yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya,
remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya
baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini
akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja
juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin.
Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja
tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul
dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga
semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan
tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak
beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan
sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok
sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya.
Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama
keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka
juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya,
jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat
yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk
mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang
lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi
orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah
yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir, "Ya ampun... itu
kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu
!", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa
masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu
bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan
mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Masa pubertas (14 - 16
tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan
fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya,
sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak
lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan
hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat
muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi
yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah
yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang
tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar
tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan
psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya
akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya
perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai
mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan
mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya,
remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut.
Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di
masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan
membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18
tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu
melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik
sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka
dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat.
Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria,
sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja
pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai
sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21
tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah
mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya.
Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai
menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya
terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya,
bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol
akan terlihat jelas pada fase ini.
Kenakalan remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan
oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan
jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa
kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan
fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja
merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada
masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada
trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari
lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi
ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti
menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka
rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun
lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja
tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik
psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi
lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa
itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan
masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya
masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama.
Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi,
memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan
perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi
kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam ajaran
Islam sesungguhnya istilah pacaran itu tidak ada, yang ada hanyalah
istilahta’aruf yaitu perkenalan antara calon istri dan calon suami. Tetapi
mungkin disebabkanoleh semakin berkembangnya teknologi sehingga pergaulan
semakin luas dan berkembang sehingga banyak orang yang setuju dengan
pacaran. Hal ini juga mungkindisebabkan karena Indonesia bukan negara Islam,
sehingga peraturan / hukum-hukumislam di Indonesia tidak begitu kuat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari tidak sepertidi negara Islam lainnya seperti Arab
Saudi. Serta tuntutan dan perkembangan zaman yangmembuat sistem /cara didik dan
pergaulan pada zaman “Siti Nurbaya” tidak bisaditerapkan lagi dalam kehidupan
zaman sekarang.Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dengan cara
membagikan angkat yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang masalah
penelitian kepada 50 responden, dapatdisimpulkan bahwa :
1.Sebagian
besar responden menyatakan setuju hingga pacaran.
2.Sebagian besar responden menyatakan pernah mempunyai
pacar atau berpacaran.
3.Sebagian besar responden menyatakan sedang tak
mempunyai pacar saat ini (periode2008).
4.Sebagian besar responden menyatakan pertama kali
mempunyai pacar pada usia < 17tahun. Hal ini sangat beresiko sekali, karena
umur <17 tahun adalah umur yang sangatrentan dan labil terjerumus ke dalam
hal-hal yang sifatnya negatif serta masih kurangnyadaya kontrol untuk
mengontrol diri, emosi nafsunya.
B.Saran
Dari hasil
penelitian yang telah dilakukan kepada 50 responden, penulis
menyadari bahwa ada perbedaan prinsip hidup, penulis sangat menghargai
kepada mahasiswa atauresponden yang menyatakan tak setuju hingga pacaran dan
yang menyatakan setujuhingga pacaran. Maka dengan ini, penulis ingin memberikan
saran-saran kepada pembacayang mungkin bisa bermanfaat, diantaranya:
1.Bagi
responden mahasiswa yang menyatakan tak setuju hingga pacaran, dapatmelakukan
ta’aruf kepada calon suami atau istri.
2.Bagi
responden atau mahasiswa yang menyatakan setuju hingga pacaran diharapkanagar
bisa menjaga kelancaran kuliahnya, jadikan pacaran sebagai motivasi
atau penyemangat untuk berprestasi dalam bidang pendidikan.
3.Jadikan
agama dan keimanan sebagai alat untuk membatasi atau mengontrol diri
dalam berpacaran agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas atau seks bebas.
4.Bagi
mempunyai pacar diharapkan untuk bisa menjaga diri, kehormatan kesucian dan
nama baik dirinya sendiri, keluarga, agama, almamater dan daerah asalnya
serta bangsanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusuf, Syamsu, 2002. Psikologi
Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung:Rosda Karya.
Habibah, A., 2000, Study Tentang
Penerimaan Sosial Remaja Eks Pengguna Narkoba.
Skripsi Sarjana Strata I (Tidak
Diterbitkan. Surabaya : Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.
Hurlock, E, B. 1997. Psikologi
Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga