Senin, 09 April 2012

askep edema anasarka


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR  BELAKANG
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.
B.     TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan cairan dan elektrolit.
C.    METODE PENULISAN
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :
Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan dengan mengambil beberapa literatur yang berhubungan dengan gangguan cairan dan elektrolit
D.    SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan makalah diawali dengan kata pengantar, daftar isi, kemudian dilanjutkan dengan Bab I Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.  Bab II Tinjauan teoritis yang terdiri dari konsep dasar diikuti definisi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, pengolahan medik, komplikasi dan konsep asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, perencanaan. Bab III berisikan pengamatan kasus yang terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Bab IV berisi kesimpulan yang diakhiri dengan daftar Pustaka.



BAB II
TINJAUAN TEORI

A.PROPORSI CAIRAN TUBUH
·         BBL : 80 % bb
·         Anak : 70 % bb
·         Dewasa : 60 % bb
·         Usila : 40 –45 % bb

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Organ yang berperan dalam pengaturan keseimbangan cairan meliputi:
     Ginjal
Fungsi-fungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan:
-     Pengaturan volume dan osmolalitas CES melalui retensi dan eksresi selektif cairan tubuh.
-     Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan .
-     Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidrogen.
-     Ekskresi sampah metabolik dan substansi toksik.
Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan, karena ginjal tidak dapat berfungsi.
     Jantung dan pembuluh darah
Kerja pompa jantung mensirkulasi darah melalui ginjal di bawah tekanan yang sesuai untuk menghasilkan urine. Kegagalan pompa jantung ini mengganggu perfusi ginjal dan karena itu mengganggu pengaturan air dan elektrolit.
     Paru-paru
Melalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang dewasa. Pada kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air; ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.
     Kelenjar pituitari
Hipotalamus menghasilkan suatu substansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan air, karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau ekskresi air oleh ginjal dan dengan mengatur volume darah.
     Kelenjar adrenal
Aldosteron yang dihasilkan/disekresi oleh korteks adrenal (zona glomerolus). Peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga ditahan, kehilangan kalor. Sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang. Kortisol juga menyebabkan retensi natrium.
     Kelenjar paratiroid
Mengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH). Sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsi tulang, absorbsi kalsium dari usus dan reabsorbsi kalsium dari ginjal.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1.   Usia
Dengan bertambahnya usia, semua organ yang mengatur keseimbangan akan menurun fungsinya, hasilnya fungsi untuk mengatur keseimbangan juga menurun. Misalnya: gagal ginjal, gagal jantung, dll.
2.   Temperatur Lingkungan
Lingkungan yang panas bisa menyebabkan kita berkeringat banyak sehingga cairan banyak keluar
3.   Diet
Diet tinggi natrium akan berfungsi meretensi urine, demikian juga sebaliknya.
4.   Obat-Obatan
Seperti steroid, diuretik.
5.   Stress
Mempengaruhi metabolisme sel, meningkatkan gula darah, meningkatkan osmotik dan ADH akan meningkatkan sehingga urine menurun
6.   Sakit
Seperti bahan bakar, dalam keadaan sakit jelas mengeluarkan air yang banyak, seperti gagal ginjal.


D. KOMPOSISI CAIRAN
1.Air : Fungsi pelarut, reaksi kimia, metabolisme. Regulator : ADH, aldosteron
2.Elektrolit :
Natrium : Lebih banyak di extrasell, fungsi untuk mempertahankan isotonisitas cairan extrasell.
Natrium dan kalium :  memberikan lingkungan kimia listrik yang penting untuk kontraksi otot dan transmisi impuls saraf. Regulator : aldosteron
Chlorida (cl) :
Berperan sebagai electron netral diluar intracell
>> pada cairan lambung dan keringat
Fungsi mengatur keseimbangan asam basa
Regulator : faktor yang mempengaruhi konsentrasi plasma
Kalium dan Phospor (ca & p ) :
Kalium : >> pada tulang  Untuk pembekuan darah, metabolisme tulang, kontraksi otot dan transmisi impuls saraf & Menentukan permeabilitas membran sel
Phospor :
Phospor :  berperan dalam pembekuan tulang, komponen ATP, sebagai buffer dalam mempertahankan keseimbangan asam basa intrasell.
3.Non elektrolit
·         Glikosa dan fruktosa
·         Ureum kreatinin
·         Protein
E. GANGGUA KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
1. DEHIDRASI
·         Defisit volume ECF adalah berkurangnya cairan isotonik plasma (serta hilangnya ion Na dan air yang relatif seimbang) → disebut dehidrasi
·         Penurunan 2% : dehidrasi ringan
·         Penurunan 5% : dehidrasi sedang
·         Penurunan 8% : dehidrasi berat
CAUSA DEHIDRASI
Ekstrarenal:
·         Gastrointestinal: muntah, diare, ileostomi, fistula biliaris, perdarahan
·         Kulit: diaforesis, luka bakar
·         Ruang ketiga: obstruksi usus, peritonitis, ascites, pankreatitis, efusi pleura, hipoalbuminuria, fraktur paha
·         Renal:
·         Penyakit ginjal: nefritis, GGA, diuretik, DM, defisiensi aldosteron, penyakit Addison
GAMBARAN KLINIS DEHIDRASI
·         Lesu, lemah dan lelah
·         Anoreksia, haus, hipotensi
·         Mukosa mulut kering, lidah kering, turgor menurun
·         Oligouria
·         Takikardi, pusing, sinkop
·         Kesadaran menurun
2. KELEBIHAN VOLUME ECF
KELEBIHAN VOLUME ECF
·         Edema: penumpukan cairan interstisial yang berlebihan
·         Edema disebabkan oleh 4 mekanisme:
·         Peningkatan tekanan hidrostatis kapiler (gagal gantung kongestif)
·         COP (colloid osmotic presure) yang menurun (hipoalbumin pd sirosis)
·         Peningkatan permiabilitas kapiler pada peradangan
·         Obstruksi aliran limfe (post mastektomi)

GAMBARAN KLINIS OVERLOAD CAIRAN ECF
·         Destensi vena jugularis
·         Peningkatan tekanan v sentral (>11 cm H2O)
·         Peningkatan tekanan darah
·         Denyut nadi penuh, kuat
·         Melambatnya waktu pengosongan vena tangan (> 3-5 detik)
·         Edeme perifer dan periorbita
·         Asites, efusi pleura
PERUBAHAN LABORATORIUM
·         Penurunan hematokrit
·         Protein serum rendah
·         Ion Na serum normal, ion Na urine rendah (<10 mEq/24jam) Penambahan 2% = kelebihan ringan Penambahan 5% = kelebihan sedang Penambahan 8% = kelebihan berat

3. KETIDAK SEIMBANGAN OSMOLALITAS
Ketidakseimbangan osmolalitas adalah ketidakseimbangan konsentrasi zat yang terlarut (mineral) dalam cairan tubuh Karena ion Na merupakan partikel utama ECF → hipo/hiperosmolalitas → mencerminkan hipo/hipernatremia Hiperglikemia → kejadian khusus pada kasus DM, akibat defisiensi H. Insulin
HIPONATREMIA
Disebabkan air yang berlebihan atau ion Na yang berkurang (Na+ serum < 135 mEq/L) Menyebabkan pembengkakan sel (karena perpindahan air dari ECF ke ICF) → mengancam jiwa → jika edem terjadi di sel otak Terapi → membuang air yang berlebihan atau menganti ion Na
HIPERNATREMIA
Hipernatremia: kadar Na serum >145 mEq/L → menyebabkan hiperosmolalitas (ECF) → dehidrasi ICF dan pengerutan sel
Penyebab utamanya:
Kehilangan air (mengandung Na)
Penambahan ion Na dengan kekurangan air
HIPOKALEMIA
Hipokalemia → kadar ion K serum <3,5mEq/L ( K ion utama ICF) Hipokalemia berkaitan dengan alkalosis (karena alkalosis menyebabkan ion K berpindah dari ECF ke ICF) Etiologi: asupan K ↓, kehilangan K lewat: saluran cerna, ginjal, luka bakar


EFEK HIPOKALEMIA
Perlu diingat: diuretik, digitalis, hipokalemia merupakan kombinasi yang mematikan, karena diuretik → hipokalemia → meningkatkan efek digitalis → disritmia jantung → mati
HIPERKALEMIA
Hiperkalemia: peningkatan kadar ion K serum >5,5mEq/L
Hiperkalemia → keadaan darurat medis yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari disritmia dan henti jantung (cardiac arrest)
ETIOLOGI HIPERKALEMIA
Pengambilan darah vena yang buruk → lisis sel darah → ion K keluar sel
Ekskresi tidak memadai:
·         GGA dan GGK
·         Insufisiensi adrenal
·         Hipoaldosteronisme
·         Penyakit Addison
·         Diuretik hemat kalium (spironolakton)
·         Berpindahnya ion K dari ICF ke ECF
·         Asidosis metabolik (pada gagal ginjal)
·         Kerusakan jaringan (luka bakar luas, cedera remuk berat, perdarahan internal)
·         Asupan yang berlebihan:
·         Pemberian cepat larutan infus IV yang mengandung ion K
·         Pemberian cepat transfusi darah yang disimpan
·         Makan pengganti garam pada pasien gagal ginjal
GAMBARAN KLINIS HIPERKALEMIA
Neuromaskuler:
kelemahan otot → paralisis flasid pd tungkai bawah lalu ke badan dan lengan,
Parestesia wajah, lidah, kaki, dan tangan
Saluran cerna:
Mual, diare, kolik usus
Ginjal:
Oliguria → anuria
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
PENATALAKSANAAN DEHIDRASI
Ketentuan Umum:
Berikan maintenance cairan dan ganti cairan yang hilang
Ganti kehilangan cairan yang masih berlangsung, volume per volume
Pemberian cairan dibagi rata dalam 24 jam, kecuali keadaan khusus
Kebutuhan volume 24 jam/m2
Maintenance: 1500 ml/m2 BSA (Body Surface Area)
Kekurangan volume cairan sedang + maintenance (penurunan BB mendadak <5%) 2400 ml/m2 BSA Kekurangan volume cairan yang berat + maintenance (penurunan BB mendadak >5%) 3000 ml/m2 BSA

PENATALAKSANAAN KELEBIHAN VOLUME ECF
Tergantung penyebabnya → prinsip pembatasan asupan ion Na dan cairan Edema paru → perlu tindakan cepat, untuk menghindari preload yang besar (beban yang masuk jantung) → dengan cara: Posisi fowler,  Pemberian diuretik kuat,  Pemberian oksigen
PENATALAKSANAAN HIPERNATREMIA
Menurunkan ion Na serum, sebelum mencapai kadar kritis (>160 mEq/L)
Hipernatremia dengan normovolemia → D5 per oral atau IV
Hipernatremia dengan hipervolemik → D5 dan diuretik
Diabetes insipidus → desmopresin
PELAKSANAAN HIPONATREMIA
membuang air yang berlebihan atau menganti ion Na
PENATALAKSANAAN HIPOKALEMIA
Prinsip: memulihkan ke normovolemia Hipokalemia → peningkatan asupan ion K per oral atau IV (tidak boleh >20mEq/L), bolus KCl tidak boleh IV → dapat menyebabkan henti jantung
PENATALAKSANAAN HIPERKALEMIA
Pada ion K sangat tinggi (7-8mEq/L) atau ada perubahan EKG sangat mencolok → menunjukan adanya ancaman henti jantung → ion K harus dirunkan dalam waktu 5 menit →
10 ml kalsium glukonat 10% IV secara perlahan, dengan pemantauan EKG
500 ml glukose 10% dengan insulin dalam waktu 30 menit
BAB III
LAPORAN KASUS

A.    KASUS
TN. Bx adalah seorang pasien yang dirawat di RS VC . Ruang Anggrek,berusia 28 tahun,BB 50 kg,TB 160 cm,jenis kelamin laki laki ,menderita keretakan pada pinggul sebelah kirinya. Ia mengalami fiksasi internal terbuka pada panggul kirinya. Tanda tanda vitalnya tekanan darah 102x/menit,pernafasan 28x/menit,dan temperature 390C. Ia sering kali mengeluh tentang nafasnya yang pendek,pernafasannya lembab dan berat,oedema anasarka muncul dan ia lebih banyak intake dari output. Urinenya berwarna caramel dan keluar melalui kateter sebanyak 100 ml selama lima jam terakhir,istri pasien mengatakan tanga kiri pasien mengalami lecet dan mulai melepuh setelah menjalani operasi. Ia diberi D5 ½ NS yang ditambah 30mEq / KCL dengan kecepatan 75 ml/jam . perutnya membesar dengan suara usus hipoaktif,nilai laboratorium dan gas darah arterinya (arteri blood gas-ABG) adalah sebagai berikut:
Laboratorium
Nilai hasil
ABG
Nilai hasil
Glukosa
126 mg/Dl
PH
7,42
Sodium (Na+)
143 mEq/Dl
PaO2
82 mmHg
Potassium (K+)
3,4 mEq/dL
PaCO2
36 mmHG
Klorida ( Cl)
98 mEq/Dl
Bikarbonat (HCO3-)
24 mEq/dL
Karbondioksida
( CO2)
25 mEq/dl
O2 jenuh
97% pada 3L/menit melalui nasal kanul
BUN
24 mg/dL
Base Excess
0,0
Creatinin
0,7 mg/dL







Data Objektif        :
a.       BB 50 kg
b.      TB 160 cm
c.       Menderita keretakan pada pinggul sebelah kirinya
d.      Ia mengalami fiksasi internak terbuka pada panggul kirinya
e.       Tanda tanda vitalnya tekanan darah 102x/menit,pernafasan 28x/menit,dan temperature 390C.
f.       Pernafasannya lembab dan berat,
g.      Oedema anasarka muncul dan ia lebih banyak intake dari output
h.      Urinenya berwarna caramel dan keluar melalui kateter sebanyak 100 ml selama lima jam terakhir
i.        . Ia diberi D5 ½ NS yang ditambah 30mEq / KCL dengan kecepatan 75 ml/jam
j.        Perutnya membesar dengan suara usus hipoaktif,
k.      nilai laboratorium dan gas darah arterinya (arteri blood gas-ABG) adalah sebagai berikut:
Laboratorium
Nilai hasil
ABG
Nilai hasil
Glukosa
126 mg/dL
PH
7,42
Sodium (Na+)
123 mEq/dL
PaO2
82 mmHg
Potassium (K+)
3,4 mEq/dL
PaCO2
36 mmHG
Klorida ( Cl)
98 mEq/dL
Bikarbonat (HCO3-)
24 mEq/dL
Karbondioksida
( CO2)
25 mEq/dl
O2 jenuh
97% pada 3L/menit melalui nasal kanul
BUN
24 mg/dL
Base Excess
0,0
Creatinin
0,7 mg/dL



Data Subjektif:
a.       Ia sering kali mengeluh tentang nafasnya yang pendek
b.      Istri pasien mengatakan tangan kiri pasien mengalami lecet dan mulai melepuh setelah menjalani operasi

Osmolalitas Serum
2Na+BUN/2,4+Glukosa/18=2x123+24/2,4+126/18= 263

PATOFISIOLOGI



B.     PEMBAHASAN
Identitas Pasien                             :
Nama                                             : Tn.Bx
Umur                                             : 28 Tahun
1.      TTV                                         :
a.       TD                                     : 90/50 mmHg
b.      R                                       : 28x/mnt
c.       S                                        : 390C
d.      N                                       : 102x/mnt
2.      Sistem Pernafasan                   :
R= 28x/menit,nafas yang pendek,pernafasannya lembab dan berat,O2 jenuh=97% pada 3L/mnt melalui nasal kanul.
3.      Sistem Kardiovaskuler
N= 102x/mnt,TD=90/50 mmHg,S=390C
4.      Sistem Pencernaan
Perutnya membesar dan suara usus hipoaktif
5.      Sistem Perkemihan
Urinenya berwarna caramel dan keluar melalui kateter sebanyak 100 ml selama lima jam terakhir, dan ia lebih banyak intake dari output.
6.      Sstem Muskoloskeletal
Klien menderita keretakan pada pinggul sebelah kirinya. Ia mengalami fiksasi internak terbuka pada panggul kirinya.
7.      Sistem Integumen
Oedema anasarka muncul.

Laboratorium                                :
Laboratorium
Nilai hasil
ABG
Nilai hasil
Glukosa
126 mg/dL
PH
7,42
Sodium (Na+)
123 mEq/dL
PaO2
82 mmHg
Potassium (K+)
3,4 mEq/dL
PaCO2
36 mmHG
Klorida ( Cl)
98 mEq/dL
Bikarbonat (HCO3-)
24 mEq/dL
Karbondioksida
( CO2)
25 mEq/dl
O2 jenuh
97% pada 3L/menit melalui nasal kanul
BUN
24 mg/dL
Base Excess
0,0
Creatinin
0,7 mg/dL



Therapi                                            :
D5 ½ NS yang ditambah 30mEq / KCL dengan kecepatan 75 ml/jam
ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DO:
A.    Oedema anasarka muncul dan ia lebih banyak intake dari output
B.     Perutnya membesar dengan suara usus hipoaktif
C.     Osmolalitas Serum
2Na+BUN/2,4+Glukosa/18=2x123+24/2,4+126/18= 263
D.    TD       :90/50 mmHg
R         : 28x/mnt
S          : 390C
N         : 102x/mnt
E.     Urinenya berwarna caramel
DS:-
Retakan Pinggul


Fiksasi Terbuka

 
Cairan Masuk Ke Intertsisial
Kekurangan Volume Cairan
Kekurangan Volume Cairan
DO:
A.    Oedema anasarka muncul dan ia lebih banyak intake dari output
B.     Perutnya membesar dengan suara usus hipoaktif
C.     Osmolalitas Serum
2Na+BUN/2,4+Glukosa/18=2x123+24/2,4+126/18= 263
D.    Urinenya berwarna caramel
DS:-

Retakan Pinggul


Fiksasi Terbuka
  
Cairan Masuk Ke Intertsisial

Cairan di abdomen menumpuk
Kerja Usus Lemah

Gerak Peristaltik Terganggu

BU hipoaktif

Kelebihan volume cairan


Kelebihan volume cairan
DO:
A.    S=390C
B.     Oedema anasarka muncul dan ia lebih banyak intake dari output
DS:
Istri pasien mengatakan tangan kiri pasien mengalami lecet dan mulai melepuh setelah menjalani operasi

Retakan Pinggul


Fiksasi Terbuka
  
Cairan Masuk Ke Intertsisial

Oedema anasarka

Kulit menipis dan melepuh

Kerusakan Integritas Kulit
Kerusakan Integritas Kulit
DO:
A.    TD       :90/50 mmHg
R         : 28x/mnt
S          : 390C
N         : 102x/mnt
B. Pernafasannya lembab dan berat,
DS:
Ia sering kali mengeluh tentang nafasnya yang pendek



Retakan Pinggul


Fiksasi Terbuka
  
Cairan Masuk Ke Intertsisial

Penumpukan Cairan di Rongga Paru
Nafas Tidak Adekuat

Ketidakefektifan Pola Nafas
Ketidakefektifan Pola Nafas

DIAGNOSA:
1.      Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif
2.      Kelebihan Volume Cairan b.d Gangguan Mekanisme Regulasi
3.      Kerusakan Integritas Kulit b.d Perubahan Status Cairan
4.      Ketidakefektifan Pola Nafas b.d Penurunan Ekspansi Paru

INTERVENSI
1.      Kekurangan Volume Cairan b.d kehilangan cairan aktif
a.       Pantau,ukur,catat intake dan output
b.      Awasi TTV,evaluasi nadi,pengisian kapiler,turgor kulit,dan membrane mukosa
c.       Kolabirasi pemberian cairan dengan osmolalitas tinggi (D5NS),albumin,dan Lasix
2.      Kelebihan Volume Cairan b.d Gangguan Mekanisme Regulasi
a.       Pantau,ukur,catat intake dan output
b.      Kaji penyebab kelebihan volume cairan
c.       Observasi Perubahan Oedema
d.      Monitor warna dan kualitas urine
3.      Kerusakan Integritas Kulit b.d Perubahan Status Cairan
a. Inspeksi seluruh permukaan kulit dari kerusakan kulit dan iritasi
b. Ubah posisi tidur pasien dengan sering.
c. Gunakan alas yang lunak untuk mengurangi penekanan pada kulit
4. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d penurunan ekspansi paru
a. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
b. Pantau adanya gangguan bunyi nafas
c. Berikan posisi semi fowler
d. Observasi TTV
e. Kolaborasi pemberian oksigen