BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kanker
payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel yangterdapat pada
payudara. Payudara terdiri dari lobulus-lobulus, duktus-duktus,lemak dan
jaringan konektif, pembuluh darah dan limfe. Pada umumnya kanker berasal dari
sel-sel yang terdapat di duktus, beberapa diantaranya berasal darilobulus dan
jaringan lainnya.Kanker payudara merupakan keganasan yang menyerang
hampir sepertiga dari seluruh keganasan yang dijumpai pada wanita. Kanker payudara juga merupakan
penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim pada wanita serta menempati
insiden tertinggi dari seluruh keganasan.
Setiap
tahun, lebih dari satu juta kasus baru kanker payudara didiagnosa di seluruh
dunia dan hamper 400.000 orang akan meninggal akibat penyakit tersebut. Sampai
tahun 2003, Kanker payudara merupakan kanker dengan insidens tertinggi No.2 di
Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insidens ini meningkat;
seperti halnya di negara barat.
Angka
kejadian kanker payudara di Amerika Serikat 92/100.000 wanita pertahun dengan
mortalitas yang cukup tinggi 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai
pada wanita. Di Indonesia berdasarkan “Pathological Based Registration“ kanker
payudara mempunyai insiden relatif 11,5%. Diperkirakan di Indonesia
mempunyai insiden minimal 20.000 kasus baru per tahun; dengan kenyataan bahwa
lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut. Banyak sekali faktor resiko yang dapat menyebabkan berkembangnya kanker payudara. Secara statistik
resiko kanker payudara pada wanita meningkat pada nullipara, menarche dini,
menopause terlambat dan pada wanita yang mengalami kehamilan anak pertama di
atas usia 30 tahun.
Sebanyak
kurang dari 1% kanker payudara terjadi
pada usia kurang dari 25 tahun, setelah usia lebih dari 39 tahun insiden
meningkat cepat. Insiden tertinggi dijumpai pada usia 45-50 tahun. Sedangkan
penderita kanker payudara pada pria secara epidemiologi kurang dari1% dari
seluruh kanker payudara.
B. Tujuan
1. Tujuan
umum
Mahasiswa
dapat memahami, membuat dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan ca Mamae.
2.
Tujuan khusus
a.
Mengetahui pengertian dari ca mamae
b.
Mengetahui etiologi
c.
Mengetahui anatomi fisiologi mamae
d.
Mengetahui patofisiologi ca mamae
e.
Mengetahui klasifikasi dari ca mamae
f.
Mengetahui konsep asuhan keperawatan
dari ca mamae.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A.
Pengertian
Kanker adalah massa abnormal dari
sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-sel yang
sebelumnya adalah sel-sel normal, selama mengalami perubahan neoplastik mereka
memperoleh derajat otonomi tertentu. ( Sylvia A Price, 1994 ).
Kanker payudara adalah jenis kanker
kedua penyebab kematian karena kanker pada wanita dengan perkiraan 46.000
meninggal. ( Danielle, Gale 2000)
Kanker payudara adalah kanker yang
relatif sering dijumpai pada wanita di Amerika Serikat dan merupakan penyebab
kematian utama pada wanita berusia antara 45 sampai 64 tahun. ( Patofisiologi,
2001).
Kanker payudara adalah kanker yang
paling sering pada perempuan di samping kanker kulit, walaupun kanker ini
sangat jarang pada laki-laki ( Sylvia A. Price,dkk 2006)..
Kanker
payudara adalah sekelompok
sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh berupa
ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi
bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang,
paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005, hal : 39-40).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari
sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi ganas.
(http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber :
Harianto, dkk).
B. Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun
beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker
payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita
yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena
pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan
struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel
ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif
panjang.
a. Menarche pada usia muda dan kurang
dari usia 10 tahun.
b. Wanita terlambat memasuki menopause
(lebih dari usia 60 tahun)
c. Wanita yang belum mempunyai anak Lebih
lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita
yang sudah punya anak.
d. Kehamilan dan menyusui Berkaitan
erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
e. Wanita gemuk
Dengan menurunkan berat badan, level
estrogen tubuh akan turun pula.
f. Preparat hormon estrogen
Penggunaan preparat selama atau
lebih dari 5 tahun.
g. Faktor genetik
Kemungkinan untuk menderita kanker
payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya
menderita kanker payudara. (Erik T, 2005, hal : 43-46).
C. Anatomi fisiologi
1. Anatomi payudara
Secara
fisiologi anatomi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus
laktiferus, ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari
payudara kurang lebih 75% ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal
terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula pengaliran yang ke
kelenjar interpektoralis.
2. Fisiologi payaudara
Payudara
mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama ialah mulai
dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron
yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan
kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi. Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar
dan pada beberapa hari sebelum menstruasi
berikutnya terjadi pembesaran maksimal.
Kadang-kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak
rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu
pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar.
Begitu menstruasi mulai, semuanya berkurang.
Perubahan
ketiga terjadi waktu hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar
karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
duktus baru.
Sekresi
hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu. (Samsuhidajat, 1997, hal : 534-535).
D. Insiden
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar
kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan
kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di
Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim,
kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring (Anaonim,
2004).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada
wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada
wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.
(http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber :
Harianto, dkk).
E. Patofisiologi
Kanker payudara bukan satu-satunya penyakit tapi banyak,
tergantung pada jaringan payudara yang terkena, ketergantungan estrogennya, dan
usia permulaannya. Penyakit payudara ganas sebelum menopause berbeda dari
penyakit payudara ganas sesudah masa menopause (postmenopause). Respon dan
prognosis penanganannya berbeda dengan berbagai penyakit berbahaya lainnya.
Beberapa tumor yang dikenal sebagai “estrogen dependent”
mengandung reseptor yang mengikat estradiol, suatu tipe ekstrogen, dan
pertumbuhannya dirangsang oleh estrogen. Reseptor ini tidak manual pada jarngan
payudara normal atau dalam jaringan dengan dysplasia. Kehadiran tumor “Estrogen
Receptor Assay (ERA)” pada jaringan lebih tinggi dari kanker-kanker payudara
hormone dependent. Kanker-kanker ini memberikan respon terhadap hormone
treatment (endocrine chemotherapy, oophorectomy, atau adrenalectomy).
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1589)
F. Gejala klinis
Gejala-gejala kanker payudara antara lain, terdapat benjolan
di payudara yang nyeri maupun tidak nyeri, keluar cairan dari puting, ada
perlengketan dan lekukan pada kulit dan terjadinya luka yang tidak sembuh dalam
waktu yang lama, rasa tidak enak dan tegang, retraksi putting, pembengkakan
lokal. (http//www.pikiran-rakyat.com.jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005,
Harianto, dkk)
Gejala lain yang ditemukan yaitu konsistensi payudara yang
keras dan padat, benjolan tersebut berbatas tegas dengan ukuran kurang dari 5
cm, biasanya dalam stadium ini belum ada penyebaran sel-sel kanker di luar
payudara. (Erik T, 2005, hal : 42)
G. Klasifikasi kanker payudara
1. Tumor primer (T)
·
Tx
: Tumor primer tidak dapat ditentukan
·
To
: Tidak terbukti adanya tumor primer
·
Tis
: Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
·
T1
: Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 – 1 cm
T1c : Tumor 1 – 2 cm
·
T2:Tumor
2-5 cm
·
T3
: Tumor diatas 5 cm
· T4 : Tumor tanpa memandang ukuran,
penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau
d’orange, satelit
T4c : T4a dan T4b
T4d : Mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N)
·
Nx
: Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
·
N0
: Tidak teraba kelenjar axila
·
N1
: Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar
axila homolateral yang melekat satu sama lain atau melekat pada jaringan
sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria
interna homolateral
3. Metastas jauh (M)
·
Mx
: Metastase jauh tidak dapat ditemukan
·
M0
: Tidak ada metastase jauh
·
M1
: Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
H. Stadium kanker payudara
1. Stadium I : tumor kurang dari 2 cm,
tidak ada limfonodus terkena (LN) atau penyebaran luas.
2. Stadium IIa : tumor kurang dari 5
cm, tanpa keterlibatan LN, tidak ada penyebaran jauh. Tumor kurang dari 2 cm
dengan keterlibatan LN
3. Stadium IIb : tumor kurang dari 5
cm, dengan keterlibatan LN. Tumor lebih besar dari 5 cm tanpa keterlibatan LN
4. Stadium IIIa : tumor lebih besar
dari 5 cm, dengan keterlibatan LN. semua tumor dengan LN terkena, tidak ada
penyebaran jauh
5. Stadium IIIb : semua tumor dengan
penyebaran langsung ke dinding dada atau kulit semua tumor dengan edema pada
tangan atau keterlibatan LN supraklavikular.
6.
Stadium
IV : semua tumor dengan metastasis jauh.
(Setio W, 2000, hal : 285)
I. Pemeriksaan diagnostik
1. Mammagrafi, yaitu pemeriksaan yang
dapat melihat struktur internal dari payudara, hal ini mendeteksi secara dini
tumor atau kanker.
2. Ultrasonografi, biasanya digunakan
untuk membedakan tumor sulit dengan kista.
3. CT. Scan, dipergunakan untuk
diagnosis metastasis carsinoma payudara pada organ lain
4. Sistologi biopsi aspirasi jarum
halus
5.
Pemeriksaan
hematologi, yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada
peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)
(Michael D, dkk, 2005, hal : 15-66)
6.
Galaktografi: mamogram dengan kontras
dilakukan dengan menginjeksikan zat kontras ke dalam aliran duktus.
7.
Ultrasound: dapat membantu dalam
membedakan antara massa padat dan kista dan pada wanita yang jaringan
payudaranya keras, hasil komplemen dari mamografi.
8.
Xeroradiografi: menyatakan peningkatan
sirkulasi sekitar sisi tumor.
9.
Termografi: mengidentifikasi
pertumbuhan cepat tumor sebagai ”titik panas” karena peningkatan suplai darah
dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi.
10. Diafanografi
(transimulasi): mengidentifikasi tumor atau massa dengan membedakan bahwa
jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar. Prosedur masih diteliti dan
dipertimbangkan kurang akurat daripada mamografi.
11. Scan CT dan
MRI: teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara, khususnya massa yang
lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras yang sulit diperiksa dengan
mamografi. Teknik ini tidak bisa untuk pemeriksaan rutin dan tidak
untuk mamografi.
12. Biopsi payudara
(jarum atau eksisi): memberikan diagnosa definitif terhadap massa dan berguna
untuk klasifikasi histologi pentahapan dan seleksi terapi yang tepat.
13. Asai hormon
reseptor: menyatakan apakah sel tumor atau spesimen biopsi mengandung reseptor
hormon (estrogen dan progresteron). Pada sel malignan, reseptor kompleks
estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan pembagian sel. Kurang lebih duapertiga
semua wanita dengan kanker payudara reseptor estrogennya positif dan cenderung
berespon baik terhadap terapi hormon menyertai terapi primer untuk memperluas
periode bebas penyakit dan kehidupan.
14. Foto dada,
pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang: dilakukan untuk
mengkaji adanya metastase.
J. Pencegahan
Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan
adanya benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi. Sebelum
menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan pemeriksaan.
Cara
pemeriksaan adalah sebagai berikut :
1. Berdirilah di depan cermin dan
perhatikan apakah ada kelainan pada payudara. Biasanya kedua payudara tidak
sama, putingnya juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan
apakah terdapat keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.
2. Letakkan kedua lengan di atas kepala
dan perhatikan kembali kedua payudara.
3. Bungkukkan badan hingga payudara
tergantung ke bawah, dan periksa lagi.
4. Berbaringlah di tempat tidur dan
letakkan tangan kiri di belakang kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri.
Rabalah payudara kiri dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada
benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.
5. Periksa dan rabalah puting susu dan
sekitarnya. Pada umumnya kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari
tangan akan terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan
terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari
tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan untuk sembuh
secara sempurna.
6. Lakukan hal yang sama untuk payudara
dan ketiak kanan (www.vision.com jam 10.00, Minggu Tanggal 29-8-2005, sumber :
Ramadhan).
K. Penanganan
Ø Pembedahan
1. Mastektomi parsial (eksisi tumor
lokal dan penyinaran). Mulai dari lumpektomi sampai pengangkatan segmental
(pengangkatan jaringan yang luas dengan kulit yang terkena).
2. Mastektomi total dengan diseksi
aksial rendah seluruh payudara, semua kelenjar limfe dilateral otocpectoralis
minor.
3. Mastektomi radikal yang dimodifikasi
Seluruh payudara, semua atau sebagian besar jaringan aksial
a. Mastektomi radikal
Seluruh payudara, otot pektoralis
mayor dan minor dibawahnya : seluruh isi aksial.
b. Mastektomi radikal yang diperluas
Sama seperti mastektomi radikal
ditambah dengan kelenjar limfe mamaria interna.
Ø Non pembedahan
1. Penyinaran
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
Pada payudara dan kelenjar limfe regional yang tidak dapat direseksi pada kanker lanjut; pada metastase tulang, metastase kelenjar limfe aksila.
2.
Kemoterapi
kemoterapi anjuran untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang paling sering dianjurkan disebut CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat, fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.
kemoterapi anjuran untuk kanker payudara melibatkan kombinasi obat multiple yang lebih efektif daripada terapi dosis tunggal. Kombinasi yang paling sering dianjurkan disebut CMF dan meliputi siklofosfamid (Cytoxan), metotrexat, fluorasil (5-FU) dengan atau tanpa tamoksifen.
3. Terapi hormon dan endokrin
Kanker yang telah menyebar, memakai
estrogen, androgen, antiestrogen, coferektomi adrenalektomi hipofisektomi.
(Smeltzer, dkk, 2002, hal : 1596 -
1600)
BAB
III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian mencakup data yang dikumpulkan melalui wawancara,
pengumpulan riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik, serta review catatan sebelumnya.
Langkah-langkah
pengkajian yang sistemik adalah pengumpulan data, sumber data, klasifikasi
data, analisa data dan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan data
Adalah bagian dari pengkajian
keperawatan yang merupakan landasan proses keperawatan. Kumpulan data adalah
kumpulan informasi yang bertujuan untuk mengenal masalah klien dalam memberikan
asuhan keperawatan .
2. Sumber data
Data dapat diperoleh melalui klien
sendiri, keluarga, perawat lain dan petugas kesehatan lain baik secara
wawancara maupun observasi.
a. Data yang disimpulkan meliputi :
Data biografi /biodata
Meliputi identitas klien dan
identitas penanggung antara lain : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keluhan utama.
Riwayat keluhan utama meliputi :
adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan
mengeras, bengkak, nyeri.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya.
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama .
d. Pengkajian fisik meliputi :
·
Keadaan
umum
·
Tingkah
laku
·
BB
dan TB
·
Pemeriksaan
atou Pengkajian head to toe
e.
Pemeriksaan
laboratorium :
·
Pemeriksaan
darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit meningkat jika
ada penyebaran ureum dan kreatinin.
·
Pemeriksaan
urine, diperiksa apakah ureum dan kreatinin meningkat.
·
Tes
diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita carsinoma mammae adalah sinar X,
ultrasonografi, xerora diagrafi, diaphanografi dan pemeriksaan reseptor hormon.
f.
Pengkajian
pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi :
a.
Nutrisi
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
Kebiasaan makan, frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan yang disukai, banyaknya minum. Dikaji riwayat sebelum dan sesudah masuk RS.
b.
Eliminasi
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi, sebelum dan sesudah masuk RS.
c.
Istirahat
dan tidur
Kebiasaan tidur, lamanya tidur dalam
sehari sebelum dan sesudah sakit.
d.
Personal
hygiene
1.
Frekuensi
mandi dan menggosok gigi dalam sehari
2.
Frekuensi
mencuci rambut dalam seminggu
3.
Dikaji
sebelum dan pada saat di RS
g.
Identifikasi
masalah psikologis, sosial dan spritual :
·
Status
psikologis
Emosi biasanya cepat tersinggung,
marah, cemas, pasien berharap cepat sembuh, merasa asing tinggal di RS, merasa
rendah diri, mekanisme koping yang negatif.
·
Status
social
Merasa terasing dengan akibat klien
kurang berinteraksi dengan masyarakat lain.
·
Kegiatan
keagamaan
Klien mengatakan kegiatan shalat 5
waktu berkurang.
B.
Diagnosa
keperawatan
Pra operasi :
Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker,
pengobatannya dan prognosis.
Kriteria evaluasi :
menunjukan rentang perasaan yang tepat
Intervensi :
a. Yakinkan
informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi pembedahan, dan terapi
yang akan datang.
b. Jelaskan tujuan
dan persiapan untuk tes diagnostik.
c. Berikan perhatian, keterbukaan dan penerimaan
juga privasi orang terdekat.
d. Berikan informasi tentang sumber komunitas bila ada.
Pasca operasi :
1.
Nyeri
berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3.
Kecemasan
berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4.
Gangguan
harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5.
Resiko
infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6.
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
7.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
C. Perencanaan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
Tujuan : Nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
·
Klien
mengatakan nyeri berkurang atau hilang
·
Nyeri
tekan tidak ada
·
Ekspresi
wajah tenang
·
Luka
sembuh dengan baik
Intervensi
1. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri,
sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
2. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi
kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif dan dapat mengurangi
nyeri.
3. Anjurkan teknik relaksasi napas
dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam
dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
4. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda
vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
5. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok
rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak dipersepsikan.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan imobilisasi lengan/bahu.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria Hasil :
·
Klien
dapat beraktivitas sehari – hari.
·
Peningkatan
kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi
1. Latihan rentang gerak pasif sesegera
mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan
sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan gerak.
2. Bantu dalam aktivitas perawatan diri
sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien
dan mencegah kelelahan.
3. Bantu ambulasi dan dorong
memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan
dan keterbatasan dalam gerakan dan postur.
3. Kecemasan berhubungan dengan
perubahan gambaran tubuh.
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
·
Klien
tampak tenang
·
Mau
berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi
1. Dorong klien untuk mengekspresikan
perasaannya.
Rasional : Proses kehilangan bagian
tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien dapat membuat rencana untuk masa
depannya.
2. Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe
prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan diukur.
3. Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat
menyebabkan perubahan gambaran diri, takut jaringan parut, dan takut reaksi
pasangan terhadap perubahan tubuh.
4. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi
atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan
sedikit penampilan yang lengkap, mendekati normal.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
Tujuan : Klien dapat menerima
keadaan dirinya.
Kriteria Hasil :
·
Klien
tidak malu dengan keadaan dirinya.
·
Klien
dapat menerima efek pembedahan.
Intervensi
1. Diskusikan dengan klien atau orang
terdekat respon klien terhadap penyakitnya.
Rasional : membantu dalam memastikan
masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi
dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
3. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima
keadaan dirinya.
4. Anjurkan keluarga klien untuk selalu
mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih
ada orang yang memperhatikannya.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan
luka operasi.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
·
Tidak
ada tanda – tanda infeksi.
·
Luka
dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi
1. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara
dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat segera diberikan tindakan yang
tepat.
2. Lakukan pencucian tangan sebelum dan
sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko
penyebaran kuman penyebab infeksi.
3. Lakukan prosedur invasif secara
aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari
kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
4. Penatalaksanaan pemberian
antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan
kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : Klien mengerti tentang
penyakitnya.
Kriteria Hasil :
·
Klien
tidak menanyakan tentang penyakitnya.
·
Klien
dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi
1. Jelaskan tentang proses penyakit,
prosedur pembedahan dan harapan yang akan datang.
Rasional : Memberikan pengetahuan
dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi, dan dapat
berpartisipasi dalam program terapi.
2. Diskusikan perlunya keseimbangan
kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang
optimal dan mempertahankan volume sirkulasi untuk mengingatkan regenerasi
jaringan atau proses penyembuhan.
3. Anjurkan untuk banyak beristirahat
dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi
kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan meningkatkan perasaan sehat.
4. Anjurkan untuk pijatan lembut pada
insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi,
meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan ketidaknyamanan sehubungan
dengan rasa pantom payudara.
5. Dorong pemeriksaan diri sendiri
secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi
perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan terjadinya / berulangnya tumor
baru.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
·
Nafsu
makan meningkat
·
Klien
tidak lemah
·
Hb
normal (12 – 14 gr/dl)
Intervensi
1. Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam tindakan selanjutnya.
2. Anjurkan klien untuk makan dalam
porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa
kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit demi sedikit.
3. Anjurkan klien untuk menjaga
kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan
pada waktu makan.
4. Anjurkan untuk banyak makan sayuran
yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna
hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan
nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat
meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan energi.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien.
Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien terhadap
setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada penyedia perawatan
kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data, dapat mengevaluasi dan
merevisi rencana perawatan dalam tahap proses keperawatan berikutnya
E. Evaluasi
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan.
Tahap akhir dari proses keperawatan
perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada
payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi
bentuk bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh
lain.
Diagnosa
yang muncul dalam ca mamae :
1. Nyeri berhubungan dengan adanya
penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan
perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan
dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan
luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan intake tidak adekuat.
B. Saran
Penulis
menyarankan kepada para pembaca untuk mengkaji dan mempelajari makalh ini
secara mendalam dan membaca sumber lain agar menemukan materi yang di bahas
lebih otentik dan lebih mudah di pahami.