BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos,
yang berarti mukus; suatu cairan yang dianggap jahat, mengalir dari otak ke
sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri. Beberapa
penelitian menunjukkan memang ada perubahan struktur mucine sendi
(mukopolisakarida, asam hialuronat) pada beberapa jenis penyakit reumatik,
sehingga istilah yang telah agak lama dipakai itu agaknya masih sesuai sampai
saat ini.
Setiap kondisi yang disertai nyeri dan
kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik, termasuk penyakit
jaringan ikat (penyakit kolagen). Sedangkan istilah artritis, umumnya
dipakai bila sendi merupakan tempat utama penyakit reumatik.
Reumatologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit
sendi, termasuk penyakit artritis, fibrositis, bursitis, neuralgia dan kondisi
lainnya yang menimbulkan nyeri somatik dan kekakuan.
Hingga kini dikenal lebih dari 100
macam penyakit sendi yang seringkali memberikan gejala yang hampir sama. Oleh
karena itu pendekatan diagnostik sangat diperlukan agar didapatkan diagnosis
yang tepat, sehingga pasien akhirnya memperolah penatalaksanaan yang adekuat.
Perlu diingat pula bahwa gangguan reumatik dapat merupakan manifestasi
artikular berbagai penyakit dan sebaliknya beberapa penyakit reumatik mempunyai
manifestasi ekstra-artikular pada berbagai organ.
B. Rumusan masalah
a. Apa Artritis
Reumatoid itu?
b. Bagaimana penyebab/etiologi Artritis Reumatoid?
c. Bagaimana epidemiologi Artritis Reumatoid?
d. Bagaimana manifestasi klinik pada Artritis Reumatoid?
e. Bagaimana patofisiologi Artritis Reumatoid?
f. Apa saja komplikasi dari Artritis Reumatoid?
g. Bagaimana asuhan keperawatan pada Artritis Reumatoid?
C. Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan Artritis
Reumatoid
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu memahami definisi Artritis
Reumatoid
b.
Mahasiswa mampu memahami penyebab/etiologi Artritis
Reumatoid
c.
Mahasiswa mampu memahami epidemiologi Artritis
Reumatoid
d.
Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinik Artritis
Reumatoid
e.
Mahasiswa mampu memahami patofisiologi Artritis
Reumatoid
f.
Mahasiswa mampu memahami komplikasi Artritis
Reumatoid
g.
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan Artritis
Reumatoid
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Artritis Reumatoid
Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis) is a chronic inflammatory
disease with primary manifestation poliartritis progressive and involve all the
organs, jadi merupakan suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour.
2001)
Artritis reumatoid adalah suatu
penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya,
dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang
menyebabkan kerusakan
pada tulang sendi,
ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)
Artritis reumatoid adalah suatu
penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 :
hal 536)
Artritis Reumatoid adalah gangguan
autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone &
Burke, 2001 : 1248).
Penyakit reumatik adalah penyakit
inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan
mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin,
Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Artritis Reumatoid adalah penyakit
autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan
dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago
sendi
dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)
B.
Penyebab / Etiologi Artritis Reumatoid
Penyebab utama penyakit reumatik masih
belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,
lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus
terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone
& Burke, 2001).
Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2.
Endokrin
3.
Autoimmun
4.
Metabolik
5.
Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada
saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi.
Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
C.
Epidemiologi Artritis Reumatoid
Penyakit artritis rematoid merupakan
suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta
melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai
pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan
wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi pada
wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit
ini.
D.
Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid
Ada beberapa gambaran / manifestasi
klinik yang ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak
harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini
memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam.
b. Poliartritis simetris (peradangan
sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk
sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara
jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat
digerakan dengan bebas) dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih
dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan
ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan
sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang
dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan merupakan
ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik
mengakibatkan pengikisan ditepi tulang.
e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang
sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere
dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder
dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa
subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik.
Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi
siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian
tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan
lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar
sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti
mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis
konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat
dijumpai pada
myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena
embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.
E.
Patofisiologi Artritis Reumatoid
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang
menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi
interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik
metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11
melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan
interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci
terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi
sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2
integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi
rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses
patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi
kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui
pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan
osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi.
Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga
terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita
reumatoid artritis.
F.
Komplikasi Artritis Reumatoid
Kelainan sistem pencernaan yang sering
dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor
penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas
, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal
dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
G.
Pohon
Masalah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung
pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung,
paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
Pengkajian
11 Pola Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
• Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
• Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
• Riwayat keluarga dengan RA
• Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
• Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
• Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
• Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
• Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
• Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
• Jenis aktivitas yang dilakukan
• Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
• Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
• Apakah ada gangguan tidur?
• Kebiasaan tidur sehari
• Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
• Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.Pola Persepsi Kognitif
• Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
• Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
• Bagaimana hubungan dengan keluarga?
• Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
• Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
• Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
• Agama yang dianut?
• Adakah gangguan beribadah?
• Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
• Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
• Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
• Riwayat keluarga dengan RA
• Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
• Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
• Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
• Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
• Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
• Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
• Jenis aktivitas yang dilakukan
• Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
• Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
• Apakah ada gangguan tidur?
• Kebiasaan tidur sehari
• Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
• Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6.Pola Persepsi Kognitif
• Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
• Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
• Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
• Bagaimana hubungan dengan keluarga?
• Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
• Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
• Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
• Agama yang dianut?
• Adakah gangguan beribadah?
• Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus pada diri sendiri, Perilaku distraksi/ respons autonomic
Perilaku yang bersifat hati-hati/ melindungi.
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:
• Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol
• Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
• Mengikuti program farmakologis yang diresepkan
• Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
C.
Intervensi dan Rasional :
a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi
dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan keefektifan program)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri)
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)
d. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas
dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan
umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit
pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air
hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur.
Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali
sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas
meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan
luka dermal dapat disembuhkan)
f. Berikan masase yang lembut
(R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)
h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan
yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi
tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
h. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek
analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
i. Berikan kompres dingin jika
dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan deformitas skeletal,
nyeri, penurunan kekuatan otot.
nyeri, penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : Keengganan
untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam
lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).
Hasil yang diharapkan/ kriteria
Evaluasi-Pasien akan :
• Mempertahankan fungsi posisi dengan
tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
• Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian tubuh.
• Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku
yang memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:
Intervensi dan Rasional:
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan
tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan
tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas (
mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan
fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang
berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut).
k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut).
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan
Penampilan Peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Dapat dibuktikan oleh : Perubahan
fungsi dari bagian-bagian yang sakit.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial;
rasa terisolasi,Perasaan tidak berdaya, putus asa.
Hasil yang diharapkan / kriteria
Evaluasi-Pasien akan :
• Mengungkapkan peningkatan rasa
percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya
hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
• Menyusun rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi dan Rasional:.
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah
tentang proses penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung)
b. Diskusikan arti dari kehilangan/
perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi
pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai
bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal
orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang
dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah
dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat
menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi
lebih lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal
adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang
dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan
harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang
diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
(R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan
perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan
sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
(R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien
mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)
4. Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.
Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan
untuk mengatur kegiatan sehari-hari.
Hasil yang diharapkan/ kriteria
Evaluasi-Pasien akan :
• Melaksanakan aktivitas perawatan diri
pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
• Mendemonstrasikan perubahan teknik/
gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
• Mengidentifikasi sumber-sumber
pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)
sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi
dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli
terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi
kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan
lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin
membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Artritis Reumatoid
(AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua
kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun
yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun
terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh
lainnya.
Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit
kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya
kerusakan persendian dan deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan
disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi
dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola morbiditas
penyakit ini.hingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat
diketahui dengan pasti.
B.
Saran
Diharapkan mahasiswa dapat memahami
materi yang telah saya susun ini, dan dapat menginterpretasikan di dalam
melakukan tindakan keperawatan dalam praktik, khususnya pada pasien yang
menagalami gangguan sistem muskuloskeletal Rheumatoid Arthritis, dan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC:
Jakarta
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta:
EGC.
Marilynn E. Doenges dkk. Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC, 1999.
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta
Kedokteran edisi 3 jilik 2. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2000.
Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa
Keperawatan. Jakarata : EGC, 1999.
Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1.
Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Aajar
Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Cet.1. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Anatomi
dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.