BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bayi baru
lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau masa gestasinya
dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40 minggu. Bayi baru lahir normal
harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam rahim (intrauterine) ke
kehidupan di luar rahim (ekstrauterin).
Pemahaman
terhadap adaptasi dan fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar
dalam memberikan asuhan. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke ekstrauterin
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang
menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir
normal. Penatalaksanaan dan mengenali kondisi kesehatan bayi baru lahir resiko
tinggi yang mana memerlukan pelayanan rujukan/ tindakan lanjut.
Sebagai
seorang tenaga kesehatan, perawat
harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi
baru lahir (BBL). Hal ini sebagai
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu
beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri
secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem
sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk
mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan
setiap penyakit /infeksi.
Oleh karena hal tersebut di atas lah kami
menyusun makalah yang bejudul “ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR”.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran
secara umum tentang asuhan keperawatan pada bayi baru lahir.
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Mampu
memahami tentang bayi baru lahir serta gangguan yang mungkin terjadi pada bayi
baru lahir.
b. Mampu mengetahui fisiologi pada bayi baru
lahir.
c. Mampu mengidentifikasi penilaian awal dan langkah esensial bayi baru lahir.
d. Mampu melaksanakan pengkajian terkait dengan bayi baru lahir.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN DAN TUJUAN
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang
terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang
lain. Adaptasi adalah penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan baru.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Jadi dapat disimpulkan
adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis.
Periode
adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Adapun tujuan utama dari adaptasi
fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan hidupnya secara mandiri dengan cara :
1. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi
pernapasannya sendiri.
2. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar
gula darah yang cukup.
3. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit
/infeksi.
2.1 ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
Menurut Pusdiknakes
(2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
2.2.1 Perubahan
sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus
berlanjut sampai sekitar
usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang
berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2)
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
3)
Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah
bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan
upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan
pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan
cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar
alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai
paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah
untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding
alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak
adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan
lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres
pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju
udara
Bayi
cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan
lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari
paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada
dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara
memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan
dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi
yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru
akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh
darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga
menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan
aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2.2.2 Perubahan pada sistem peredaran darah
Setelah
lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat
sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan
foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus
arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua
peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1)
Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh
sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
2)
Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada
pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan
penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri,
foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena
umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup
secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat
diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Perbedaan sirkulasi
darah fetus dan bayi
a. sirkulasi
darah fetus
1) Struktur tambahan
pada sirkulasi fetus
a)
Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami
deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b) Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum
mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami
oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c)
Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan
darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d) Ductus arteriosus : merupakan bypass yang
terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e)
Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang
mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri
ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut
dikenal sebagai arteri hypogastica.
2) Sistem sirkulasi
fetus
a)
Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen
dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena
hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b) Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena
umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke
dalam vena cava inferior
c)
Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang
telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari
vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d) Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar
darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium
sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan
kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah
bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan
serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e)
Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala
dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang
dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam
venriculus dexter
f)
Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke
paru - paru yang nonfungsional, yanghanya memerlukan nutrien sedikit
g)
Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah
dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi
abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h)
Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria
illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih
banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal
b. Perubahan pada
saat lahir
1). Penghentian
pasokan darah dari plasenta
2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3). Penutupan foramen
ovale
4). Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae
hypogastrica
d). Ductus arteriosus
2.2.1 Pengaturan Suhu
Bayi
baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress
dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.
Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan
yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan
lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan
lemak coklat bayi.
Jika
seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan
asidosis. Sehingga upaya pencegahan
kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan
(perawat dan bidan) berkewajiban untuk
meminimalkan kehilangan panas pada BBL.
2.2.2 Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak
memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat
dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber
lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu
mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama
di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami
hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika
semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan
risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat
tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis, apneu,
tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa
gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang
meluas di seluruh di sel-sel otak.
2.2.3 Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin
cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk
yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru
lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung
masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas
lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru
lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya
memberi ASI on demand.
2.2.4 Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi
baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap
berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit
dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung
Kekebalan alami juga
disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.
Kekebalan yang didapat
akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan
alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi
terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama
kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat
penting.
2.1 PENILAIAN AWAL DAN LANGKAH ESENSIAL BBL
Bayi baru lahir normal (BBLN) adalah bayi yang baru lahir dengan usia
kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36 – 40
minggu. Bayi baru lahir normal harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan
di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Pemahaman terhadap adaptasi dan
fisiologi bayi baru lahir sangat penting sebagai dasar dalam memberikan asuhan.
Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke luar rahim dipengaruhi oleh banyak
faktor seperti kimiawi, mekanik, dan termik yang menimbulkan perubahan
metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada bayi baru lahir.
Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal
a. Usia 36-42
minggu.
b. Berat badan
lahir 2500-4000 gr.
c. Dapat bernafas
dengan teratur dan normal.
d. Organ fisik
lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.
2.3.1 Penilaian awal bayi baru lahir
Penilaian awal dilakukan pada bayi baru lahir untuk menilai kondisi bayi
apakah :
1) Bayi dinyatakan cukup bulan,
jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40 minggu. Maturitas bayi
mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim (uterus)
2) Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium.
Tinja bayi pada 24 jam pertama kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk
mekonium yang berwarna hijau tua yang berada di dalam usus bayi sejak dalam
kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi
saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan tubuh.
3) Bayi menangis atau bernapas.
Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan dalamnya pernapasan,
frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi otot dada. Dapat
dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali
permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
4) Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif.
Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur. Otot – otot tersebut memiliki
tonus, kemampuan untuk berkontraksi ketika ada rangsangan, tetapi bayi kurang
mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem neurologis bayi secara anatomi
dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi menunjukkan gerakan –
gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah terkejut, dan
tremor pada ekstremitas.
5) Warna kulit bayi normal.
Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat, kebiruan, atau
kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi yang
normal, bayi tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan
tipis, lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap
terlihat pada kulit dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi
lebih kemerahan ketika bayi menangis.
2.3.2 Diagnosis bayi baru lahir
Diagnosis bayi baru lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau
mendeteksi sedini mungkin adanya kelainan pada janin. Kegagalan untuk
mendeteksi kelainan janin dapat menimbulkan masalah pada jam – jam pertama
kehidupan bayi diluar rahim. Dengan mengetahui kelainan pada janin dapat
membantu untuk mengambil tindakan serta memberikan asuhkan keperawatan yang
tepat sehingga dapat membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat sejak
awal kehidupannya.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas
fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti
pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive
seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin
meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam
10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk
cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score).
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan kepada bayi memulai
perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian dapat dilakukan
lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai
yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong
persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas,
tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya
pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia
dan anoksia.
SKOR APGAR :
APGAR
|
SCORE
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Appearance
|
Biru pucat
|
Badan pucat, tungkai biru
|
Semuanya merah muda
|
Pulse
|
Tidak teraba
|
< 100
|
> 100
|
Grimace
|
Tidak ada
|
Lambat
|
Menangis kuat
|
Activity
|
Lemas/lumpuh
|
Gerakan sedikit/ fleksi tungkai
|
Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
|
Respiratory
|
Tidak ada
|
Lambat, tidak teratur
|
Baik menangis kuat
|
Prosedur penilaian
APGAR :
Ø Pastikan pencahayaan baik
Ø Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit
pertama dg cepat & simultan.
Ø Jumlahkan hasilnya
Ø Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg
hasilnya
Ø Ulangi pada menit kelima
Ø Ulangi pada menit kesepuluh
Ø Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian :
Ø Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Ø Nilai tertinggi adalah 10
Ø Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
Ø Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang
& membutuhkan tindakan resusitasi
Ø Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius
& membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi
2.1 PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR
Dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir lakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
Ketika melakukan pemeriksaan fisik pada bayi lahir normal hal- hal yang harus
diperhatikan oleh petugas adalah informasikan prosedur terlebih dahulu pada
orang tua, gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan, cuci tangan
sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan dan bertindak lembut
pada saat menangani bayi, lepaskan pakaian hanya pada area yang diperiksa,
untuk mencegah kehilangan panas, lakukan prosedur yang mengganggu seperti
menguji refleks pada tahap akhir, lakukan secara cepat untuk menghindari stress
pada bayi.
Petugas dapat melihat, mendengarkan dan merasakan tiap – tiap daerah yang
akan diperiksa yang dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik menuju
kaki. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, petugas dapat meminta bantuan
yang memang diperlukan. Rekam dan catatlah hasil pengamatan setiap hasil
pemeriksaan dan setiap tindakan yang diperlukan lebih lanjut.
Tujuan Pemeriksaan
Fisik pada bayi baru lahir :
(1)
Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi
karakteristik bayi
(3) Memperkirakan
usia gestasi
(4) Mengkaji
perilaku bayi
(5) Mengkaji
integritas neuromuscular
(6)
Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan
(8) Menggunakan
hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi
(1) Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran
Anthopometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar
33 – 35 cm, lingkar dada 30,5 – 33 cm, panjang badan 45 – 50 cm, berat badan
bayi 2500 gram – 4500 gram.
(2) Pemeriksaan tanda – tanda vital
Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon
terhadap lingkungan.
(a) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun
demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan
sirkulasi pernapasan yang belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam
kondisi hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat
celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
(b) Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak
teratur karena adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba –
tiba. Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
(c) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan,
iramanya. Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan
juga dipengaruhi oleh aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu
yang tiba-tiba.
(d) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk diukur secara akurat.
Meskipun tidak secara rutin diukur pada waktu lahir, tekanan darah yang
dilakukan dengan ultrasonografi Doppler merupakan metode yang paling akurat
pada bayi. Metode ini mengukur sistolik dan diastolik serta tekanan arteri rata
– rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/ 46 mmHg.
(1) Pemeriksaan fisik secara sistematik (head to too)
Pemeriksaan fisik
secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari :
(a) Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding atau moulase.
Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari sehingga ubun –ubun mudah
diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi. Terkadang
teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21.
Periksa adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum,
sefalhematoma, perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan
adanya kelainan congenital seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.
(b) Telinga
Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup
bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan
lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun
telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami
sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
(c) Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm
antara kantus mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau
letak mata. Periksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum
sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
Katarak congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama)
yang dapat mengindikasikan adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti
palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada mata,
konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down.
(d) Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris.
Bibir dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup.
Refleks hisap bayi harus bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk
dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya
sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya
sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung
mengembang menunjukkan adanya rangsangan pernapasan.
(e) Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom.
Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus baik. Jika terdapat
keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya
trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis. Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di
bagian belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.
(f) Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara
baik pada laki – laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh
hormone wanita dari darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas.
Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis
diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan
abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan.
(g) Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari.
Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat
terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas
kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat
terinfeksi atau tercabut, sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
(h) Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali
pusat. Perut harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan
dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan
terdapat hernia diafragmatika, perut yang membuncit kemungkinan karena
hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya
enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus persisten.
(i) Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma
(kelenjer kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti
keju) pada lekukan. Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris.
Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh
hormon ibu disebut juga psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada
bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua testis turun
kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada
dipermukaan ventral penis.
(j) Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang
simetris. Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau
komplet dapat menandakan trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis
normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah normalnya pendek, bengkok dan fleksi
dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
(k) Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau
bercak kecil berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla
spinalis atau kolumna vertebra.
(l) Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan
tubuh bayi), warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir.
Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
(m) Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap
tidak berubah sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu
lahir, yang menunjukkan imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan
hilang pada tahun pertama. Tidak adanya refleks – refleks ini menandakan
masalah neurologis yang serius.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapatasi bayi baru
lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara
fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang
dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode
adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang
paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan
fisiologis yang terjadi
pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran
darah, Pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa,
Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan tubuh/ imun.
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas
fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang
bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti
pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks – refleks primitive
seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin
meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam
10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk
cacat.
Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score).
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi kesempatan kepada
bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10. Penilaian
dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa
mendatang, nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong
persalinan harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas,
tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya
pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya hipoksia
dan anoksia.
Tujuan Pemeriksaan
Fisik pada bayi baru lahir :
(1)
Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi
karakteristik bayi
(3) Memperkirakan
usia gestasi
(4) Mengkaji
perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas
neuromuscular
(6)
Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan
tindakan
(8) Menggunakan
hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah
dalam pemeriksaan fisik pada bayi
1. Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah
pengukuran Anthopometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan
normal berkisar 33 – 35 cm, lingkar dada 30,5 – 33 cm, panjang badan 45 – 50
cm, berat badan bayi 2500 gram – 4500 gram.
2. Pemeriksaan tanda – tanda vital : Suhu tubuh, nadi,
pernapasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.
3. Suhu tubuh, Nadi, Pernapasan dan Tekanan darah
4. Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru
lahir dimulai dari : Kepala, Telinga, Mata, Hidung dan mulut, Leher, Dada, Bahu, lengan dan tangan, Perut, Kelamin, Ekstremitas atas dan bawah, Punggung, Kulit dan Refleks BBL
3.1 SARAN-SARAN
1. Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa dilakukan penerapan
yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik pada bayi baru lahir
sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat dilakukan perawatan
yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.
2. Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat memberikan perawatan
yang benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman,dkk.(2000).Ilmu kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
2. Farrer, Helen.(1999). Perawatan Maternitas: Ed. 2. Jakarta : EGC.
3. Winknjsastro, Hanifa.(2005).Ilmu Kebidanan Ed 3. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwon Prawirohardjo
4. Ngastiyah, (1997). “Perawatan Anak Sakit”. Jakarta : EGC
5. Staf Pengajar IKA-FKUI, (1985). “Ilmu Kesehatan Anak”. Jakarta : Infomedika