Selasa, 06 Maret 2012

asuhan kep Kehamilan ektropik


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa yang sering di hadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat beragam. Hal yang perlu di ingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika di biarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat dari pada istilah ekstrauterin yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.

B.     Tujuan
a.       Untuk mengetahui definisi
b.      Untuk mengetahui insiden
c.       Untuk mengetahui etiologi
d.      Untuk mengetahui patofisiologi
e.       Untuk mengetahui manisfestasi klinik
f.       Untuk mengetahui diagnosis
g.      Untuk mengetahui penanganan
h.      Untuk mengetahui komplikasi
i.        Untuk mengetahui prognosis
j.        Untuk mengetahui diagnosa banding



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Anatomi
1.       Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm (6).
Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Uterus terdiri dari fundus uteri, korpus dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus, disini kedua tuba falopii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri. Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan pars supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis (4).
Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan (4):
1) Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2) Miometrium, lapisan tebal otot polos
3) Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium terdiri atas sel epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid endometrium sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekretorik. Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara lapisan itu terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (4).
2.       Tuba Falopii
Tuba falopii terdiri atas (4):
1) Pars intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.
3. Fimbrae
Fimbrae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut (4).

4.  Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf (4).
B.     Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu.
Pengertian kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah dibuahi tidak melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan semestinya, yaitu pada rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur (tuba falopi).
Hamil ektopik atau disebut juga hamil diluar kandungan berpeluang terjadi 1 kali pada 100 kali kehamilan. Penyebab hamil di luar kandungan antara lain radang saluran telur, kelaianan anatomi pada tuba, kebiasaan merokok, ibu hamil sudah berusia tua atau pernah operasi saluran telur.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin. Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
Kehamilan diluar kandungan memberi peluang akar plasenta melekat pada saluran telur. Dengan demikian saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang berulang-ulang kemudian embrio yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas secara spontan (abortus tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat dipertahankan karena bila embrio menempel pada saluran telur akan mengakibatkan saluran telur tersebut bengkak dan pecah.
C.    Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas.
D.    Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa study faktor resiko yang di perkirakan sebagai penyebabnya adalah:
a.       Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b.      Riwayat operasi tuba.
c.       Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d.      Kehamilan ektopik sebelumnya.
e.       Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f.       Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g.      Bekas radang pada tuba, di sini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h.      Operasi plastik pada tuba.
i.        Abortus buatan.
E.     Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1.      Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fibria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena di batasi oleh tekanan pada dinding tuba.
2.      Kemungkinan reptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3.       Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini dapat terjadi perdarahan pada rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
F.     Lokasi terjadinya kehamilan ektopik

Nah, diantaranya adalah seperti yang tercantum dibawah ini
·Tubal 97,7%
·Insterstitial 1,3%
·1/3 proksimal 12%
·1/3 tengah 38%
·1/3 distal 41%
·Fimbrie 5%
·Abdominal dan intra ligamen 1,4%
·Uterus: Servikal 0,2%,Kornu 0,6%,
·Ovaria 0,2%
G.    Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik
·                      Patologi tuba atau suatu kondisi gangguan pada tuba:
·                      Salpingitis
·                      Kegagalan kontrasepsi
·                      Hormonal
·                      Kelainan embrional
H.    Gejala dan tanda
Gejala :
Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
·       Sakit di salah satu sisi panggul
·       Perdarahan vagina di luar menstruasi
·       Nyeri di perut bagian bawah
·       Pingsan
·       Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
·       Nyeri perut yang intens
·       Hipotensi
·       Denyut nadi cepat
·       Kulit pucat
Beberapa Gejala dan tanda yang didapatkan pada kehamilan ektopik, yang harus diwaspadai
·                      Tanpa gejala5%
·                      Nyeri abdomen 90-100%
·                      Amenorea 75-90%
·                      Perdarahan pervaginam 50-80%
·                      Riwayat infertilitas
·                      Penggunaan kontrasepsi
·                      Riwayat kehamilan ektopik
·                      Nyeri tekan abdomen/adneksa 75-95%
·                      Teraba massa 50%
·                      Demam 5-10%
I.       Manisfestasi klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu.

            Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
J.      Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sedikit sulit di lakukan, namun beberapa cara di tegakan, antara lain dengan melihat:
1.      Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda   kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan pervagina, ada nyeri perut kanan atau bawah kiri. Berat dan ringannya nyeri terganggu pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2.      Pemeriksaan fisik
a.       Di dapatkan rahim yang juga membesar
b.      Adanya tandanya syok hipovilemik, Yitu hipotensi, pucat dan ektermitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
c.       Pemeriksaan ginekologis
3.      Pemeriksaan dalam:serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeripada uteris kanan dan kiri.
4.      Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium : HB, leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah meningkat.
b.      USG
-          Tidak ada kantung kehamilan dalam kovum uteri
-          Adanya kantung kehamilan diluar kovum uteri
-          Adanya massa komplek di rongga panggul
5.      Kuldosentesis :suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kovum douglas ada darah.
6.      Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan laparotomi.
7.      Ultrasonografi  berguna pada 5 -10% kasus bila di temukan kantong gestasi di luar uterus.
K.    Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik.
Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisi-sisi darah di keluarka dan di bersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus di rawat inap di rumah sakit.
L.     Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
·         Pda pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi.
·         Infeksi
·         Sterrilisasi
·         Pecahnya tuba palofi
·         Komplikasi juga terganggu dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
M.   Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).
N.    Diagnosa banding
Diagnosa bandingnya adalah :
·         Infeksi pelvic
·         Kista folikel
·         Abortus biasa
·         Radang panggul
·         Torsi kita ovarium
·         Endometriosis



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Nyeri
b. Sulit tidur
c. Merasa panas
d. fisikologis
e. keadaan ekonomi
f. spiritual
2. Diagnosa keperawatan
A. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
C. Gangguan pemenuhan keb. Cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan extrauterin
E. Resiko shock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat
F. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan Tentang kesuburan yg mengancam

3. Rencana keperawatan (Intervensi)
A.Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
Tujuan : nyeri berkurang
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional : menentukan tindak lanjut intervensi.
b. Pantau tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional : nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi, pernafasan meningkat
c.    Kaji stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan dan nyeri.
d.   Terapkan tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional : mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
e.       Ajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan nyeri.
f.       Beri dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional : mengurangi keteganagan area nyeri.
g.      Kolaborasi dalam pemberian analgetika.
Rasional : analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.

B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
Tujuan : ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif.
Intervensi :
1)      Kaji respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung.
Rasional : Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
2)      Tetap bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional : membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan perhatian terhadap ibu/pasangan.
3)      Beri penguatan aspek positif pada dari ibu
Rasional : membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif.
4)      Anjurkan ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan.
Rasional : membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita yang lemah.
5)      Dukung atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.
Rasional : Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
6)      Berikan masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada sesuai keinginan ibu.
Rasional : Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
C.  Gangguan pemenuhan keb. Cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
Intervensi :
1. Kaji perdarahan (juml, warna, gumpalan) Cek. Darah lengkap.
2. Anjurkan banyak minum
3. Anjurkan Bed rest
4. Kolab. Dgn tim medis : transfusi drh
D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan extrauterin
Intervensi :
1.       Kaji tingkat nyeri klien Durasi, lokasi, frekw, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak, terus2)
2.       Ciptakan  Lingkungan Yang nyaman
3.       Ajarkan tehnik relaxasi dan distraksi
4.       Kompres dingin
5.       Posisi yg nyaman
6.       Kolab. Dg tim medis : analgetik
E. Resiko shock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat
Intervensi :
a.       Monitor vital sign
b.      Kaji perdarahan
c.       Cek darah lengkap (hb).
d.      Pasang infus
e.       Check gol. Drh
f.       Kolaborasi Dgn tim medis : transfusi darah
g.      Observasi Tanda shock
F. Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan Tentang kesuburan yg mengancam
Intervensi :
1.      Kaji tingkat kecemasan
2.      Kaji tingkat pengetahuan
3.      Ajari pasien untuk lebih terbuka
4.      Beri penjelasan ttg proses penyakit.
5.      Anjurkan klg untuk memberi support system


BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan perkembangan kehidupan janin. Kehamilan di luar kandungan juga merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada trimester 1.
B.     Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mengkaji dan mempelajari makalh ini secara mendalam dan membaca sumber lain agar menemukan materi yang di bahas lebih otentik dan lebih mudah di pahami.










DAFTAR PUSTAKA

1.      Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
2.      Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3.      Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.
4.      Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
5.      Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
6.      Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-235.
7.      www.medica store.com/kehamilan ektopik/page:1-4
8.      www.medicastore.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandunganpage:1-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar