BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan
yang berbahaya bagi seorang wanita yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat
bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat menyebabkan menyebabkan suatu
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa
yang sering di hadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik yang sangat
beragam. Hal yang perlu di ingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam masa
reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang di sertai dengan nyeri
perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai
macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah
menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini
bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik
diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim
yang bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan
ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika di biarkan,
kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir
dengan kematian.
Istilah
kehamilan ektopik lebih tepat dari pada istilah ekstrauterin yang sekarang
masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak
terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang
jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari
indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui definisi
b. Untuk mengetahui insiden
c. Untuk mengetahui etiologi
d. Untuk mengetahui patofisiologi
e. Untuk mengetahui manisfestasi klinik
f. Untuk mengetahui diagnosis
g. Untuk mengetahui penanganan
h. Untuk mengetahui komplikasi
i.
Untuk mengetahui prognosis
j.
Untuk mengetahui diagnosa banding
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Anatomi
1.
Uterus
Uterus
berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka belakang, ukurannya sebesar
telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos.
Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm (6).
Letak uterus
dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksi. Uterus terdiri dari fundus uteri,
korpus dan serviks uteri. Fundus uteri adalah bagian proksimal dari uterus,
disini kedua tuba falopii masuk ke uterus. Korpus uteri adalah bagian uterus
yang terbesar, pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat
janin berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri.
Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri dan pars
supravaginalis servisis uteri. Saluran yang terdapat pada serviks disebut
kanalis servikalis (4).
Secara
histologis uterus terdiri atas tiga lapisan (4):
1) Endometrium
atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam
2) Miometrium,
lapisan tebal otot polos
3) Perimetrium,
peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium terdiri atas sel
epitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang
berkelok.
Endometrium
melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid pada
seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid endometrium sebagian
besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan selanjutnya
dalam masa sekretorik. Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler,
dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara lapisan itu terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada
persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh
darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat
dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (4).
2.
Tuba Falopii
Tuba falopii
terdiri atas (4):
1) Pars
intersisialis, bagian yang terdapat pada dinding uterus.
2) Pars
isthmika, bagian medial tuba yang seluruhnya sempit.
3) Pars
ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi.
4) Infundibulum,
bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbrae.
3. Fimbrae
Fimbrae
penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur kemudian disalurkan ke dalam
tuba. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viseral yang merupakan bagian
dari ligamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot
longitudinal dan otot sirkuler. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang
berlipat-lipat dengan sel-sel yang bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi
untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke arah kavum uteri dengan arus
yang ditimbulkan oleh getaran silia tersebut (4).
4. Ovarium
Ovarium
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang sekitar 4 cm, lebar
dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel akan keluar yang dalam
perkembangannya akan menjadi folikel de Graaf (4).
B.
Pengertian
Istilah ektopik berasal dari bahasa
Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti
tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam
hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut
kehamilan ektopik terganggu.
Pengertian kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana sel telur yang telah dibuahi tidak
melekat pada dinding rahim namun melekat di tempat lain yang bukan semestinya,
yaitu pada rongga perut, leher rahim, indung telur atau pada saluran telur
(tuba falopi).
Hamil ektopik
atau disebut juga hamil diluar kandungan berpeluang terjadi 1
kali pada 100 kali kehamilan. Penyebab hamil di luar kandungan
antara lain radang saluran telur, kelaianan anatomi pada tuba, kebiasaan
merokok, ibu hamil sudah berusia tua atau pernah operasi saluran telur.
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat
darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan
perkembangan kehidupan janin. Kehamilan di luar kandungan juga
merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada
trimester 1.
Kehamilan diluar kandungan
memberi peluang akar plasenta melekat pada saluran telur. Dengan demikian
saluran telur akan mengalami pendarahan kecil yang berulang-ulang kemudian
embrio yang melekat pada saluran telur tersebut akan lepas secara spontan
(abortus tuba). Hamil diluar rahim tidak akan dapat
dipertahankan karena bila embrio menempel pada saluran telur akan mengakibatkan
saluran telur tersebut bengkak dan pecah.
C. Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20 – 40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi
kehamilan ektopik yang sebenarnya sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik
terganggu yang dini tidak selalu jelas.
D. Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada
perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus). Dari
beberapa study faktor resiko yang di perkirakan sebagai penyebabnya adalah:
a.
Infeksi saluran telur
(salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
b.
Riwayat operasi tuba.
c.
Cacat bawaan pada tuba, seperti
tuba sangat panjang.
d.
Kehamilan ektopik sebelumnya.
e.
Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f.
Kelainan zigot, yaitu kelainan
kromosom.
g.
Bekas radang pada tuba, di sini
radang menyebabkan perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga walaupun
fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus terlambat.
h.
Operasi plastik pada tuba.
i.
Abortus buatan.
E. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik
terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada
suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai
darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini
yaitu :
1.
Kemungkinan “tubal abortion”,
lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fibria) dan ke rongga
abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang
keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena di batasi oleh tekanan pada dinding tuba.
2.
Kemungkinan reptur dinding tuba
ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3.
Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur
dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma
koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini dapat terjadi perdarahan pada
rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan
kematian.
F. Lokasi
terjadinya kehamilan ektopik
Nah, diantaranya adalah seperti
yang tercantum dibawah ini
·Tubal 97,7%
·Insterstitial 1,3%
·1/3 proksimal 12%
·1/3 tengah 38%
·1/3 distal 41%
·Fimbrie 5%
·Abdominal dan intra ligamen 1,4%
·Uterus: Servikal 0,2%,Kornu 0,6%,
·Ovaria 0,2%
G.
Faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik
·
Patologi tuba atau suatu kondisi gangguan pada tuba:
·
Salpingitis
·
Kegagalan kontrasepsi
·
Hormonal
·
Kelainan embrional
H.
Gejala dan tanda
Gejala :
Jika Anda
mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10
minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus
segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
·
Sakit di salah satu sisi panggul
·
Perdarahan vagina di luar menstruasi
·
Nyeri di perut bagian bawah
·
Pingsan
·
Mual
Pada tahap
lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
·
Nyeri perut yang intens
·
Hipotensi
·
Denyut nadi cepat
·
Kulit pucat
Beberapa Gejala
dan tanda yang didapatkan pada kehamilan ektopik, yang harus diwaspadai
·
Tanpa gejala5%
·
Nyeri abdomen 90-100%
·
Amenorea 75-90%
·
Perdarahan pervaginam 50-80%
·
Riwayat infertilitas
·
Penggunaan kontrasepsi
·
Riwayat kehamilan ektopik
·
Nyeri tekan abdomen/adneksa 75-95%
·
Teraba massa 50%
·
Demam 5-10%
I. Manisfestasi klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat
berbeda-beda; dari perdarahan yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut
sampai terdapatnya gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.
Gejala dan tanda tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus
atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan
umum penderita sebelum hamil. Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting
kedua pada kehamilan ektopik terganggu.
Hal ini menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat diagnosanya.
J. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sedikit sulit di lakukan, namun beberapa
cara di tegakan, antara lain dengan melihat:
1.
Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan pervagina, ada nyeri perut kanan atau bawah kiri. Berat dan ringannya
nyeri terganggu pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Di dapatkan rahim yang juga
membesar
b.
Adanya tandanya syok
hipovilemik, Yitu hipotensi, pucat dan ektermitas dingin, adanya tanda-tanda
abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.
c.
Pemeriksaan ginekologis
3.
Pemeriksaan dalam:serviks
teraba lunak, nyeri tekan, nyeripada uteris kanan dan kiri.
4.
Pemeriksaan penunjang
a.
Laboratorium : HB, leukosit,
urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah
meningkat.
b.
USG
-
Tidak ada kantung kehamilan
dalam kovum uteri
-
Adanya kantung kehamilan diluar
kovum uteri
-
Adanya massa komplek di rongga
panggul
5.
Kuldosentesis :suatu cara
pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kovum douglas ada darah.
6.
Diagnosis pasti hanya ditegakan
dengan laparotomi.
7.
Ultrasonografi berguna pada 5 -10% kasus bila di temukan
kantong gestasi di luar uterus.
K. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah
laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum
penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin
dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan
yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik.
Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum
terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan
transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotika dan antiinflamasi. Sisi-sisi darah di keluarka dan di bersihkan
sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus di rawat inap di rumah
sakit.
L. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu:
·
Pda pengobatan konservatif,
yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu),
terjadi perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi.
·
Infeksi
·
Sterrilisasi
·
Pecahnya tuba palofi
·
Komplikasi juga terganggu dari
lokasi tumbuh berkembangnya embrio
M. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung
turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk.,
(1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara
591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.
Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan
menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu
dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka
kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%.
Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).
N. Diagnosa banding
Diagnosa bandingnya adalah :
·
Infeksi pelvic
·
Kista folikel
·
Abortus biasa
·
Radang panggul
·
Torsi kita ovarium
·
Endometriosis
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Nyeri
b.
Sulit tidur
c.
Merasa panas
d. fisikologis
e. keadaan ekonomi
f. spiritual
2.
Diagnosa keperawatan
A.
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat
sectio caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
C.
Gangguan pemenuhan keb. Cairan tubuh berhubungan dengan perdarahan
D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan extrauterin
D. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan extrauterin
E.
Resiko shock hypovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat
F.
Gangguan psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan Tentang
kesuburan yg mengancam
3. Rencana keperawatan (Intervensi)
A.Nyeri
akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan kulit sekunder akibat sectio
caesaria ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada daerah bekas operasi
Tujuan : nyeri
berkurang
Intervensi :
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
a. Tentukan karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal setiap 6 jam
Rasional :
menentukan tindak lanjut intervensi.
b. Pantau
tekanan darah, nadi dan pernafasan tiap 6 jam
Rasional
: nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah meningkat, nadi,
pernafasan meningkat
c. Kaji
stress psikologis ibu dan respons emosional terhadap kejadian
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan dan nyeri.
Rasional : Ansietas sebagai respon terhadap situasi dapat memperberat ketidaknyamanan karena sindrom ketegangan dan nyeri.
d. Terapkan
tehnik distraksi (berbincang-bincang)
Rasional
: mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
e. Ajarkan
tehnik relaksasi (nafas dalam) dan sarankan untuk mengulangi bila merasa nyeri
Rasional
: relaksasi mengurangi ketegangan otot-otot sehingga nmengurangi penekanan dan
nyeri.
f. Beri
dan biarkan pasien memilih posisi yang nyaman
Rasional
: mengurangi keteganagan area nyeri.
g. Kolaborasi
dalam pemberian analgetika.
Rasional
: analgetika akan mencapai pusat rasa nyeri dan menimbulkan penghilangan nyeri.
B. Ansietas yang berhubungan dengan kritisituasi, ancaman yang dirasakan dari kesejahteraan maternal yang ditandai dengan pasien mengatakan sulit tidur
Tujuan : ansietas berkurang, pasien dapat menggunakan sumber/system pendukung dengan efektif.
Intervensi
:
1) Kaji
respons psikologi pada kejadian dan ketersediaan sitem pendukung.
Rasional
: Makin ibu meraakan ancaman, makin besar tingkat ansietas.
2) Tetap
bersama ibu, dan tetap bicara perlahan, tunjukan empati.
Rasional
: membantu membatasi transmisi ansietas interpersonal dan mendemonstrasakan
perhatian terhadap ibu/pasangan.
3) Beri
penguatan aspek positif pada dari ibu
Rasional
: membantu membawa ancaman yang dirasakan/actual ke dalam perspektif.
4) Anjurkan
ibu pengungkapkan atau mengekspresikan perasaan.
Rasional
: membantu mengidentifikasikan perasaan dan memberikan kesempatan untuk
mengatasi perasaan ambivalen atau berduka. Ibu dapat merasakan ancaman
emosional pada harga dirinya karena perasaannya bahwa ia telah gagal, wanita
yang lemah.
5) Dukung
atau arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.
Rasional
: Mendukung mekanisme koping dasar dan otomatis meningkatkan kepercayaan diri
serta penerimaan dan menurunkan ansietas.
6) Berikan
masa privasi terhadap rangsangan lingkungan seperti jumlah orang yang ada
sesuai keinginan ibu.
Rasional
: Memungkinkan kesempatan bagi ibu untuk memperoleh informasi, menyusun
sumber-sumber, dan mengatasi cemas dengan efektif.
C. Gangguan pemenuhan keb. Cairan tubuh berhubungan
dengan perdarahan
Intervensi :
Intervensi :
1. Kaji perdarahan (juml, warna, gumpalan) Cek. Darah lengkap.
2. Anjurkan banyak minum
3. Anjurkan Bed rest
4. Kolab. Dgn tim medis : transfusi drh
D.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembesaran buah kehamilan
extrauterin
Intervensi
:
1. Kaji
tingkat nyeri klien Durasi, lokasi, frekw, jenis nyeri (akut, kronik, mendadak,
terus2)
2. Ciptakan
Lingkungan Yang nyaman
3. Ajarkan
tehnik relaxasi dan distraksi
4. Kompres
dingin
5. Posisi
yg nyaman
6. Kolab.
Dg tim medis : analgetik
E. Resiko shock
hypovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat
Intervensi :
a.
Monitor vital sign
b.
Kaji perdarahan
c.
Cek darah lengkap (hb).
d.
Pasang infus
e.
Check gol. Drh
f.
Kolaborasi Dgn tim medis :
transfusi darah
g.
Observasi Tanda shock
F. Gangguan
psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang pengetahuan Tentang kesuburan yg
mengancam
Intervensi :
1.
Kaji tingkat kecemasan
2.
Kaji tingkat pengetahuan
3.
Ajari pasien untuk lebih
terbuka
4.
Beri penjelasan ttg proses penyakit.
5.
Anjurkan klg untuk memberi
support system
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah sebuah keadaan gawat
darurat yang terjadi dimana dapat mengancam dan membahayakan nyawa ibu dan
perkembangan kehidupan janin. Kehamilan di luar kandungan juga
merupakan salah satu penyebab utama kematian sang ibu dan umumnya terjadi pada
trimester 1.
B.
Saran
Penulis menyarankan kepada para pembaca untuk mengkaji dan
mempelajari makalh ini secara mendalam dan membaca sumber lain agar menemukan
materi yang di bahas lebih otentik dan lebih mudah di pahami.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Anthonius Budi. M, Kehamilan
Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
2.
Arif M. dkk, Kapita Selekta
Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk,
Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.
4. Prof. dr. Hanifa W, dkk.,
IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
5. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu
Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999,
Hal 250-255.
6. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis
Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.226-235.
7. www.medica store.com/kehamilan
ektopik/page:1-4
8. www.medicastore.com/kehamilan
ektopik,kehamilan luar kandunganpage:1-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar