BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
tidaklah serius
dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan. Gastritis adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi dengan satu hal
yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali
adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang
perut yang paling sering ditemukan.
Di negara
berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati
angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di
Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian
serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi
penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram
negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak
faktor lain – seperti cedera – traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak – juga dapat berkontribusi untuk
terjadinya gastritis.
Gastritis dapat
terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari
waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat
menyebabkan bisul ( ulkus )pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut.
Bagi kebanyakan orang, gastritis
1.2 Rumusan Masalah
1 Bagaimana
konsep pada Gastritis?
2 Bagaimana
asuhan keperawatan pada Gastritis?
1.3 Tujuan
1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu
menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada Gastritis .
.2 Tujuan
Khusus
Mahasiswa mampu
memperoleh gambaran tentang :
1.
Definis dari Gastritis.
2.
Klasifikasi dari Gastritis.
3.
Etiologi dari Gastritis.
4.
Patifisiologi dari Gastritis.
5.
Manifestasi klinis dari Gastritis.
6.
Komplikasi yang terjadi pada Gastritis.
7.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pada Gastritis.
8.
Penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada
klien dengan gastritis.
1.4
Manfaat
1 Mahasiswa
mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
Gastritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah pencernaan.
2 Mahasiswa
mwngetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam
persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.I Konsep Dasar Teori
A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal: 492)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal: 492)
Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
Gastritis adalah peradangan lokal
atau penyebaran pada mukosa lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene.
J, 2001, hal: 138).
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di
klinik ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu
peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosif. Disebut
erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis
adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan
yang disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
helicobacter pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).
B. Etiologi
Penyebab gastritis adalah obat analgetik anti inflamasi
terutama aspirin; bahan kimia, misalnya lisol; merokok; alkohol; stres fisis
yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal pernafasan,
gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat; refluk usus lambung (Inayah, 2004,
hal: 58).
Gastritis juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama
aspirin dan obat anti inflamasi non steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh
gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti trauma, luka bakar dan sepsis
(Mansjoer, Arif, 1999, hal: 492).
C.
Gambaran
Klinis
Sindrom
dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah
satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa
hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan. Biasanya jika dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat
penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga
disertai dengan pusing, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada abdomen (Mansjoer,
Arif, 1999, hal: 492-493).
D.
Patofisiologi
Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan
mokusa terjadi kemeraha , edema dan meradang, biasanya peradangan ini terbatas
pada mukosanya saja. Apabilaa sering mengkonsumsi bahan-bahan yang bersifat
iritasi, maka dapat menyebabkan perdarahan mukosa lambung juga dapat
menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal ini terus berlanjut,
maka akn terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat meningkatkan
jumlah asam lambung.Keadaan demikian dapat menyebabkan iritasi yang lebih parah
pada mukosa lambung akibat hipesekresi dari asam lambung.
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada
para yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan
anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan
sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung
agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus
bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster
terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah.
Vasodilatasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri.
Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung
akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).
Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa.
Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri
karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter
pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel permukaan
gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis
pada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat.
Karena
sel desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel
penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa
pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan
(Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).
E. Penatalaksanaan
Pengobatan
gastritis meliputi:
1.
Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2.
Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3.
Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung
yang lain (Soeparman, 1999, hal 96).
Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan:
a.
Gastritis akut
- Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
- Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi
dianjurkan.
- Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral.
- Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk
hemoragi saluran gastromfestinal
- Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
- Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
- Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau
cuka encer.
- Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat
gangren atau perforasi.
- Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi
pilorus.
b. Gastritis kronis
- Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan
lunak diberikan sedikit tapi lebih sering.
- Mengurangi stress
- H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin
¼, amoxillin) dan gram bismuth (pepto-bismol).
F. Komplikasi
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas.
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan
absorbsivitamin (Mansjoer, Arief 1999, hal: 493).
G. Pemeriksaan Diagnostik
EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci
untukperdarahan GI atas,
dilakukan untuk
melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
1.
Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk
membedakan diganosa penyebab / sisi lesi.
2.
Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya
darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam
hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan
atau jumlah normal diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan
sindrom Zollinger-Ellison.
3.
Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi
tidak dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi
kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
4. Amilase serum = meningkat dengan
ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456).
H. Penatalaksanaan
Medis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah
menghilangkan faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil
dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai
berikut :
1.
Gastritis Akut
1.
Kurangi minum alkohol dan makan sampai
gejala-gejala menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2.
Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan
cairan IV.
3.
Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat
atau alkali, encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya
aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4.
Jika gastritis terjadi akibat menelan basa
kuat, gunakan sari buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
5.
Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas
lambung karena bahaya perforasi.
6.
Antasida : Antasida
merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat
yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam
lambung dengan cepat.
7.
Penghambat asam : Ketika
antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut, dokter
kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
2.
Gastritis Kronis
1.
Modifikasi diet, reduksi stress, dan
farmakoterapi.
2.
Cytoprotective agents : Obat-obat
golongan ini membantu untuk melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung
dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol.
Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective
agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. Pylori.
3.
Penghambat pompa
proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup
kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah
omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini
juga menghambat kerja H. pylori.
4.
H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik
(mis; tetrasiklin atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau
terapi H.Phylory. .Terapi
terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam
mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan
pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri,
penghambat pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap
infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H.
pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang digunakan.
Akan tetapi
kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat.
Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan
10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H. pylori
sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan.
Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang
sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan
atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
I. Farmakologi
1.
Obat yang dipergunakan untuk gastritis adalah
Obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif menetralkan asam dilambung dan
tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai
anjuran pakai tentunya). Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag maka
semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi
gejala sakit gastritis dengan baik.
2.
Pengobatan gastritis tergantung pada
penyebabnya. Gastritis akut akibat konsumsi alkohol dan kopi berlebihan,
obat-obat NSAID dan kebiasaan merokok dapat sembuh dengan menghentikan konsumsi
bahan tersebut. Gastritis kronis akibat infeksi bakteri H. pylori dapat
diobati dengan terapi eradikasi H. pylori. Terapi eradikasi ini terdiri
dari pemberian 2 macam antibiotik dan 1 macam penghambat produksi asam lambung,
yaitu PPI (proton pump inhibitor).
3.
Untuk mengurangi gejala iritasi dinding lambung
oleh asam lambung, penderita gastritis lazim diberi obat yang menetralkan atau
mengurangi asam lambung, misalnya (Mayo Clinic,2007) :
4. Antasid : Obat
bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai
untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralkan asam
lambung sehingga cepat mengobati gejala antara lain promag, mylanta, dll.
5. Penghambat
asam (acid blocker) : Jika antasid tidak cukup untuk mengobati gejala,
dokter biasanya meresepkan obat penghambat asam antara lain simetidin,
ranitidin, atau famotidin.
6. Proton pump
inhibitor (penghambat pompa proton) : Obat ini bekerja
mengurangi asam lambung dengan cara menghambat pompa kecil dalam sel penghasil
asam. Jenis obat yang tergolong dalam kelompok ini adalah omeprazole,
lanzoprazole, esomeparazol, rabeprazole, dll. Untuk mengatasi infeksi bakteri H.
pylori, biasanya digunakan obat dari golongan penghambat pompa proton,
dikombinasikan dengan antibiotika.
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
3.1 Fokus Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea /
hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala :- hipotensi (termasuk
postural
- takikardia, disritmia (hipovolemia
/ hipoksemia)
-
kelemahan / nadi perifer lemah
-
pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
-
warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
-
kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri
akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau
kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah
sakit sebelumnya karena perdarahan gastro interitis (GI) atau masalah yang
berhubungan dengan GI, misal: luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster,
iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen,
distensi
Bunyi usus : sering hiperaktif
selama perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare,
darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau
busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
Masalah menelan : cegukan
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan
atau tanpa bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis)
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis)
.
6. Neurosensi
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing /
sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri /
Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai
tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai
perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi
1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus gaster). Nyeri
epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih 4 jam
setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok,
alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik,
ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati
pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.
8. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat /
sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, Spider
angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
9. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : adanya penggunaan obat
resep / dijual bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau
diagnosa yang tak berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme,
hepatitis, gangguan makan (Doengoes, 1999, hal: 455).
3.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut
Doengoes (1999: 458-466) pada pasien gastritis ditemukan diagnosa keperawatan:
1.
Kekurangan volume cairan (kehilangan aktif) berhubungan
dengan perdarahan, mual, muntah dan anoreksia.
Intervensi
- Catat karakteristik muntah dan / atau drainase
- Catat karakteristik muntah dan / atau drainase
Rasional :
membantu dalam membedakan penyebab distres gaster. Kandungan empedu kuning
kehijauan menunjukkan bahwa pilorus terbuka. Kandungan fekal menunjukkan
obstruksi usus. Darah merah cerah menandakan adanya atau perdarahan arterial
akut.
- Awasi
tanda vital
Rasional: perubahan tekanan darah
dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar kehilangan darah (misal: TD <>
110 diduga 25% penurunan volume atau kurang lebih 1000 ml).
- Awasi masukan dan haluaran dihubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah / cairan melalui muntah, penghisapan gaster / lavase, dan defekasi.
Rasional: memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
- Pertahankan tirah baring, mencegah
muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas untuk memberikan
periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional: aktivitas / muntah
meningkatkan tekanan intra-abdominal dan dapat mencetuskan perdarahan lanjut.
- Tinggikan kepala tempat tidur
selama pemberian antasida
Rasional: mencegah refleks gaster
pada aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru serius.
- Kolaborasi
- Berikan
cairan / darah sesuai indikasi
Rasional:
penggantian cairan tergantung pada derajat hipovolemia dan lamanya perdarahan
(akut atau kronis)
- Berikan
obat sesuai indikasi:
Ranitidin
(zantac), nizatidin (acid).
Rasional:
penghambat histamin H2 menurunkan produksi asam gaster.
Antasida
(misal: Amphojel, Maalox, Mylanta, Riopan)
Rasional:
dapat digunakan untuk mempertahankan pH gaster pada tingkat 4,5 atau lebih
tinggi untuk menurunkan risiko perdarahan ulang.
Antiemetik
(misal: metoklopramid / reglan, proklorperazine / campazine)
Rasional:
menghilangkan mual dan mencegah muntah.
2. Risiko
tinggi kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia
Intervensi
- Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing / sakit kepala
- Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing / sakit kepala
Rasional:
perubahan dapat menunjukkan ketidakadekuatan perfusi serebral sebagai akibat
tekanan darah arteria.
- Selidiki
keluhan nyeri dada
Rasional:
dapat menunjukkan iskemia jantung sehubungan dengan penurunan perfusi.
- Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah.
- Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pengisian kapiler lambat dan nadi perifer lemah.
Rasional:
vasokonstriksi adalah respons simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan
/ atau dapat terjadi sebagai efek samping pemberian vasopresin.
- Catat
haluaran dan berat jenis urine
Rasional:
penurunan perfusi sistemik dapat menyebabkan iskemia / gagal ginjal
dimanifestasikan dengan penurunan keluaran urine.
- Catat
laporan nyeri abdomen, khususnya tiba-tiba, nyeri hebat atau nyeri menyebar ke
bahu
Rasional:
nyeri disebabkan oleh ulkus gaster sering hilang setelah perdarahan akut karena
efek bufer darah. Nyeri berat berlanjut atau tiba-tiba dapat menunjukkan
iskemia sehubungan dengan terapi vasokinstriksi.
-
Observasi kulit untuk pucat, kemerahan, pijat dengan minyak. Ubah posisi dengan
sering
Rasional:
gangguan pada sirkulasi perifer meningkatkan risiko kerusakan kulit.
- Kolaborasi
- Kolaborasi
- Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
Rasional:
mengobati hipoksemia dan asidosis laktat selama perdarahan akut.
- Berikan
cairan IV sesuai indikasi
Rasional:
mempertahankan volume sirkulasi dan perfusi
2.
Ansietas / ketakutan berhubungan dengan perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
Intervensi
- Awasi respons fisiologi misal: takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
Rasional: dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik / status syok.
- Awasi respons fisiologi misal: takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
Rasional: dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik / status syok.
- Dorong
pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.
Rasional:
membuat hubungan terapeutik.
- Berikan
informasi akurat
Rasional:
melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu
tentang ketidaktahuan.
- Berikan
lingkungan tenang untuk istirahat
Rasional:
memindahkan pasien dari stresor luar meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan
ketrampilan koping.
- Dorong
orang terekat tinggal dengan pasien
Rasional:
membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
-
Tunjukkan teknik relaksasi
Rasional: belajar cara untuk rileks
dapat membantu menurunkan takut dan ansietas.
4. Nyeri (akut / kronis) berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, iritasi lambung.
4. Nyeri (akut / kronis) berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster, rongga oral, iritasi lambung.
Intervensi
- Catat
keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
Rasional:
nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri
pasien sebelumnya, dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan
terjadinya komplikasi.
- Kaji
ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri
Rasional:
membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
- Berikan
makanan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien
Rasional:
makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan kandungan gaster.
Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
- Bantu
latihan rentang gerak aktif / pasif
Rasional:
menurunkan kekakuan sendi, meminimalkan nyeri / ketidaknyamanan.
- Berikan
perawatan oral sering dan tindakan kenyamanan, misal: pijatan punggung,
perubahan posisi
Rasional:
nafas bau karena tertahannya sekret mulut menimbulkan tak nafsu makan dan dapat
meningkatkan mual.
- Kolaborasi
- Berikan
obat sesuai indikasi, misal:
Antasida
Rasional: menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia.
Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)
Rasional: menurunkan keasaman gaster dengan absorbsi atau dengan menetralisir kimia.
Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)
Rasional:
diberikan pada waktu tidur untuk menurunkan motilitas gaster, menekan produksi
asam, memperlambat pengosongan gaster, dan menghilangkan nyeri nokturnal.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gastritis
adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut.
Gastritis bukan
merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri
yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi
factor – factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus
beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun
banyak kondisi yang dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda
penyakit ini sama antara satu dengan yang lainnya
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah
ini saya masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saya meminta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Semoga makalah yang saya buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
How to play baccarat - The Best Casino of the Year
BalasHapusThe Baccarat game is played with a single deck of cards and there are nine or nine different denominations in the game. There are a 인카지노 number deccasino of 바카라 사이트 variants for