PROPOSAL
TERAPI
AKTIVITAS KELOMPOK RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Disusun Oleh :
Acep Hari Haryanto
Andika Pratama
Andi Supriyadi
Anggita Dea
Anky Palevi Halyandi
Ani Nuraeni
Anisa Nirmalasari
Anisa Serlina
Arief Irfan Fauzy
Bahari Rahman
Deden Kurniawan
Deri Dwi Andriani
Devi Supriyadi
Dita Wita Sofyan
Dini Yuliani
Dodi Nurhakim
Eli Firliana
Endang Sudrajat
Entin Prihatini
A.M Iqbal
DIII KEPERAWATAN
STIKes Bakti Tunas Husada
Jl. Cilolohan No.36 tlp. (0265) 334
740 Tasikmalaya
2012
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
A.
LATAR
BELAKANG
Manusia adalah makhluk social, yang
terus menerus membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan
manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini
dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh individu. Sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap
kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh gangguan interaksi
dengan orang lain (gangguan berhubungan social) klien menarik diri, curiga.
Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi aktivitas kelompok,
karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai dengan
kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang
memilih hubungan satu dengan yang lain (struart & Laria 2001). Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart &
Laria 2001).
Terapi kelompok adalah suatu
psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan
diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan
yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri
mempermudah psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat
terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara
bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan
dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap
pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan
dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan
selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain,
atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan
adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang
dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu
sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara cultural
ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering
diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm
52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana
hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura
tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi
akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan
seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami
menganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) klien dengan perilaku
kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya,
tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol
dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan
tidak mengganggu anggota kelompok lain.
B.
PENGERTIAN
TAK
Terapi
Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok
penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin,
diarahkan oleh seorang petugas kesehatan yang telah terlatih.
TUJUAN
a. Tujuan
Umum
Klien mampu bekerja
sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan
Khusus
Ø Klien
dapat memperkenalkan dirinya
Ø Klien
bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
Ø Klien
dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di
dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Ø Meningkatkan
ketrampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari.
Ø Melatih
kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.
C.
LANDASAN
TEORI
1. Definisi
Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan
dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik.
(Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.
Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan
perasaan marah. (Berkowitz, 1993)
2. Penyebab
Perilaku Kekerasan
Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari
segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi,
hilangnya harga diri, kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
a) Frustasi
: seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang
diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas.
Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa
mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b) Hilangnya
harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk
dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung,
gampang marah, dan sebagainya.
c) Kebutuhan
akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk
mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
3. Rentang
Respon Marah
Respon
kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a) Assertif
adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau
tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b) Frustasi
adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut
dapat menimbulkan kemarahan.
c) Pasif
adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d) Agresif
merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan
sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e) Mengamuk
adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri.
Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain.
4. Proses
Marah
Strees,
cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh
setiap individu.
5. Gejala
Marah
Kemarahan
dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada
juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala
atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
sebagai berikut :
a) Perubahan
Fisiologik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat,
pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar
meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b) Perubahan
Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah tampak
tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c) Perubahan
Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk,
nada suara keras dan kasar.
6. Perilaku
Marah
Perilaku yang berkaitan
dengan perilaku kekerasan antara lain :
a) Menyerang
atau menghindar (fight of flight)
Pada
keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi
terhadap sekresi
b) Menyatakan
secara asertif (assertiveness)
Perilaku
yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu
dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang
terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa
marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping
itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c) Memberontak
(acting out)
Perilaku
yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik
perhatian orang lain.
d) Perilaku
kekerasan
Tindakan
kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.
7. Mekanisme
Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan
pada penatalaksanaan strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen,
1998, hlm 33)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang
timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien
marah untuk melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
Ø Sublimasi
: menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang
yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas
adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi
ketagangan akibat rasa marah.
Ø Proyeksi
: menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
Ø Resepsi
: mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar.
Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh
Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakannya.
Ø Reaksi
formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
Ø Displacement
: melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang tidak
begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya
Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya
karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.
D.
METODE
AKTIVITAS KELOMPOK
Metode yang digunakan
pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah metode :
a. Diskusi
dan Tanya Jawab
b. Melengkapi
jadwal harian
c. Bermain
peran / simulasi
Kegiatan
TAK ini terdiri dari 3 sesi yaitu :
a. Sesi
1 : Mengenal perilaku kekerasan yang bisaa dilakukan
b. Sesi
2 : Mencegah perilaku kekerasan fisik
c. Sesi
3 : Permainan
E.
TUJUAN
1. SESI
1
a. Tujuan
Umum
Ø Klien
tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Ø Klien
dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.
b. Tujuan
Khusus
Ø Klien
dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
Ø Klien
dapat menyebutkan respon yang dirasakan sat marah (tanda dan gejala marah ).
Ø Klien
dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan ).
Ø Klien
dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2. SESI
2
a. Tujuan
Umum
Ø Klien
tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya
Ø Klien
dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain
b. Tujuan
Khusus
Ø Klien
dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien
Ø Klien
dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
Ø Klien
dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.(Keliat, B. A. 2008)
3. SESI
3
a. Tujuan
Umum
Klien mampu bekerja
sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b. Tujuan
Khusus
Ø Klien
dapat memperkenalkan dirinya.
Ø Klien
bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
Ø Klien
dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di
mengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Ø Klien
dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di
dengar serta di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Ø Meningkatkan
keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari
Ø Melatih
kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.
F.
PERSIAPAN
1. Kriteria
Anggota
Klien sebagai anggota
yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a. Klien
yang tidak terlalu gelisah
b. Klien
yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas
Kelompok.
c. Klien
tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok
kecil
d. Klien
tenang dan kooperatif
e. Kondisi
fisik dalam keadaan baik
f. Mau
mengikuti kegiatan terapi aktifitas
2. Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
Terapi aktifitas
kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : senin,
14 Mei 2012
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Mini Hospital StiKes BTH
Tasikmalaya
3. Nama
Klien
Klien yang mengikuti
kegiatan TAK berjumlah 10 orang, adapun nama-nama kien yang akan mengikuti TAK
yaitu :
a. Acep
b. Andika
c. Andi
d. Arif
e. Bahari
f. Deden
g. Devi
h. Eli
4. Media
dan Alat
TAK ini tidak
menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alatnya hanya berdasar
apa yang ada di ruangan saja seperti :
a. Papan
tulis ,whiteboard.
b. Spidol.
c. Buku
catatan dan pulpen
d. Jadwal
kegiatan klien
5. Susunan
Acara
a. Leader : Endang Sudrajat
b. Co
Leader : Dodi nurhakim
c. Fasilitor :
1. Anggita
2. Anky
3. Anisa
N
4. Anisa
S
5. Deri
6. Dini
7. Entin
8. Dita
d. Observer :
Ani nuraeni
e. Teknisi
:
A.M ikbal
6. Uraian
Tugas Pelaksanaan
a. Leader
Tugas :
1. Katalisator,
yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan situasi dan
kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan perasaannya.
2. Auxilergy
Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
3. Koordinasi,
yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara memberi
motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
b. Co
Leader
Tugas :
1. Membuka
acara
2. Mendampingi
leader
3. Mengambil
posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan
posisi kembali kepada leader
5. Menutup
acara diskusi
c. Fasilitator
Tugas :
1. Mempertahankan
kehadiran peserta
2. Mempertahankan
dan meningkatkan motivasi peserta
3. Mencegah
gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam kelompok.
d. Observer
Tugas :
1. mengidentifikasi
kedalam kegiatan
2. mengidentifikasi
strategi yang digunakan leader
3. mengamati
dan mencatat
Ø Jumlah
anggota yang hadir
Ø Siapa
yang terlambat
Ø Daftar
hadir
Ø Siapa
yang memberi pendapat atau ide
Ø Toik
diskusi
4. mencatat
moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
5. memprediksi
respon anggota kelompok pada season berikutnya.
7. Setting
Tempat
8. Tata
Tertib dan Program Antisipasi
a. Tata
tertib :
1. peserta
bersedia mengikuti kegiatan TAK
2. Berpakaian
rapi dan bersih
3. Peserta
tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK
4. Peserta
tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit,
dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta
cadangan.
5. Peserta
tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila
peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah
dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh
peserta cadangan.
6. Paserta
hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7. Peserta
yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu dan
berbicara setelah dipersilahkan.
b. Program
Antisipasi
1. Usahakan
dalam keadaan terapeutik
2. Anjurkan
kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri untuk
tertawa atau sikap yang menyinggung.
3. Bila
ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang
telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
4. Bila
ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa
diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
5. Bila
ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai persetujuan dari
peserta TAK yang lain.
6. Bila
ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan, leader
memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari
kelompok.
7. Bila
peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.
G. RENCANA PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih
klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat
kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
a. Salam
Terepeutik
1) Salam
dari terapis kepada klien
2) Perkenalkan
nama dan panggilan terapis (pakai) papan nama
3) Menanyakan
nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi
/ Validasi
1) Menanyakan
perasaan klien saat ini
2) Menanyakan
masalah yang dirasakan
c. Kontrak
1) menjelaskan
tujuan kegiatan yaitu, mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2) Menjelaskan
aturan main sebagai berikut :
a) Jika
ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis.
b) Lama
kegiatan 60 menit.
c) Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
d. Kerja
(terlampir dalam
sesi-sesi)
e. Terminasi
1) Evaluasi
a. Terapis
menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK
b. Memberikan
reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
2) Tindak
lanjut
3) Kontrak
yang akan datang.
Menyepakati waktu dan
tempat TAK berikutnya.
H.
SESI-SESI
1. Sesi
1
a. tahap
Kerja
1. Mendiskusikan
penyebab marah.
a. Tanyakan
pengalaman tiap klien
b. Tulis
di papan tulis / flichart / whiteboard
2. Mendiskusikan
tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum
perilaku kekerasan terjadi.
a. Tanyakan
perasaan tiap saat terpapar oleh penyebab (tansa dan gejala)
b. Tulis
di papan tulis / flichart / whiteboard
3. Mendiskusikan
perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan,
mencederai / memukul orang lain, dan memukul diri sendiri).
a. Tanyakan
perilaku yang dilakukan saat marah.
b. Tulis
di papan tulis / flichart / whiteboard
4. membantu
klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering untuk di
peragakan
5. Melakukan
bermain peran / stimulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya
(terapis sebagai sumber penyebab dasar klien yang melakukan perilaku kekerasan
6. Menanyakan
perasaan klien setelah selesai bermain peran / stimulasi.
7. Mendiskusikan
dampak/akibat perilaku kekerasan
a. Tanyakan
akibat perilaku kekerasan
b. Tulis
di papan tulis / flichart / whiteboard
8. Memberikan
reinforcement pada peran serta klien
9. Dalam
menjalankan fase ini di usahakan semua klien terlibat.
10. Beri
kesimpulan penyebab, tanda gejala perilaku kekerasan, dan akibat perilaku
kekerasan.
11. Menanyakan
kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan.
Pertanyaan :
1.
Bagaimana keadaanya hari ini?
2. Siapa
namanya bapa (semua klien mengenalkan namanya)?
3. Bisa
jelaskan kenapa bapa bisa melakukan hal yang seperti itu, (semua klien
menjelaskan penyebabnya) ?
4. Sesi
2
a. Tahap
Kerja
1. Mendiskusikan
kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
a. Tanyakan
kegiatan : rumah tangga, harian, dan OR yang dilakukan klien
b. Tulis
di papan tulis / flichart / whiteboard
2. Menjelaskan
kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat :
tarik nafas dalam, menjemur / memukul bantal/kasur, menyikat kamar mandi, main
bola, senam, memukul bantal pasir, tinju dan memukul gendang.
3. Membantu
memilih dua kegiatan yang dapat di lakukan
4. Bersama
klien mempraktikkan dua kegiatan yang di pilih
a. Terapis
mempraktekkan
b. Klien
melakukan rekomendasi
5. Menanyakan
perasaan klien setelah mempraktekkan cara penyaluran kemarahan
6. Memberikan
pujian pada peran serta klien
7. Upayakan
semua klien berperan aktif
Pertanyaan :
1. Bagaimana
cara bapa melampiaskan marahnya?
2. Apakah
dengan cara itu bapa bisa senang kekesalan bapa bisa hilang?
5. Sesi
3
a. Fase
Kerja
1. Menyebutkan
nama panggilan, hobi dan alamat
2. Pembagian
kelompok menjadi 3-4 kelompok kecil
3. Setiap
kelompok kecil membentuk lingkaran masing-masing
4. Setiap
kelompok diberi sedotan/pipet lalu disambungkan membentuk lingkaran, dimana
seluruh anggota kelompok berada di dalam lingkaran sedotan atau pipet tersebut
dan sedotan/pipet tidak boleh lepas (waktu 8menit)
5. Setelah
membuat lingkaran setiap kelompok menetapkan salah satu wakil anggota untuk
mengambil karet gelang yang disebarkan diluar lingkaran
6. Lalu
karet gelang tersebut dibawa masuk kedalam lingkaran sedotan atau pipet, dan
disambung bersama-sama dengan anggota kelompok lainnya.
7. Bagi
kelompok yang memiliki sambungan karet gelang terpanjang dinyatakan sebagai
pemenang dan mendapatkan reinforcement.
Permainan : seven up
dan nyanyi
I.
EVALUASI
DAN DOKUMENTSI
Sesi
TAK 1
Stimulasi
persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan
psikologis.
No
|
Nama Klien
|
Penyebab PK
|
Memberi Tanggapan Tentang
|
||
Tanda&gejala
|
PK
|
Akibat PK
|
|||
1
|
Acep
|
Putus cinta
|
|
|
|
2
|
Andika
|
Di Tolak Cinta
|
|
|
|
3
|
Andi
|
Gagal nikah
|
|
|
|
4
|
Arif
|
Cerai
|
|
|
|
5
|
Bahari
|
PHK
|
|
|
|
6
|
Deden
|
Putus cinta
|
|
|
|
7
|
Devi
|
KDRT
|
|
|
|
8
|
Eli
|
Di tolak cinta
|
|
|
|
PETUNJUK
:
1. Tulis
nama panggilan pasien klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk
tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan
dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda”V” jika klien mampu dan tanda “X”
jika klien tidak mampu
DOKUMENTASI
Dokumentasi
tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan
tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (karena tidak
diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (gregetan dan deg-deg
kan), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan
(tangan sakit dan di bawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan
menyampaikan jika semua di rasakan selama di rumah sakit.
SESI
2 : TAK
Stimulasi
persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan
mencagah perilaku kekerasan fisik
No
|
Nama Klien
|
Penyebab PK
|
Mempraktekkan cara fisik yang
pertama
|
Mempraktakkan
cara yang kedua
|
1
|
Acep
|
Putus cinta
|
|
|
2
|
Andika
|
Di Tolak cinta
|
|
|
3
|
Andi
|
Gagal nikah
|
|
|
4
|
Arif
|
Cerai
|
|
|
5
|
Bahari
|
PHK
|
|
|
6
|
Deden
|
Putus cinta
|
|
|
7
|
Devi
|
KDRT
|
|
|
8
|
Eli
|
Di tolak cinta
|
|
|
PETUNJUK
1.Tulis
nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang
kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan taqnda (X) jika klien tidak mampu (Keliat, BA.
2000)
DOKUMENTASI
Dokumentasikan
kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan. Klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu
mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan Bantu klien mempraktekkan di
ruang rawat (buat jadwal).
J. PENUTUP
Demikian
proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam
kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
SESI
3 ; TAK
Evaluasi
Kemampuan Sosialisasi
a. Kemampuan
verbal : bertanya dan meminta
No.
|
Aspek yang di nilai
|
Nama Klien
|
|||||||
Acep
|
Andika
|
Andi
|
Arif
|
Bahari
|
Deden
|
Devi
|
Eli
|
||
1.
|
Kontak mata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Duduk tegas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah :
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Kemampuan Verbal : menyebutkan manfaat TAK
No.
|
Aspek yang di nilai
|
Nama Klien
|
|||||||
Acep
|
Andika
|
Andi
|
Arif
|
Bahari
|
Deden
|
Devi
|
Eli
|
||
1.
|
Menyebutkan manfaat secara jelas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Menyebutkan
manfaat secara verbal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menyebutkan manfaat secara verbal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Menyebutkan manfaat secara spontan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah :
|
|
|
|
|
|
|
|
|
c.
Kemampuan non verbal
No.
|
Aspek yang di nilai
|
Nama Klien
|
|||||||
Acep
|
Andika
|
Andi
|
Arif
|
Bahari
|
Deden
|
Devi
|
Eli
|
||
1.
|
Kontak mata
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Duduk
tegas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah :
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar