Senin, 14 Mei 2012

proposal TAK


PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Disusun Oleh :

Acep Hari Haryanto
Andika Pratama
Andi Supriyadi
Anggita Dea
Anky Palevi Halyandi
Ani Nuraeni
Anisa Nirmalasari
Anisa Serlina
Arief Irfan Fauzy
Bahari Rahman
Deden Kurniawan
Deri Dwi Andriani
Devi Supriyadi
Dita Wita Sofyan
Dini Yuliani
Dodi Nurhakim
Eli Firliana
Endang Sudrajat
Entin Prihatini
A.M Iqbal


DIII KEPERAWATAN
STIKes Bakti Tunas Husada
Jl. Cilolohan No.36 tlp. (0265) 334 740 Tasikmalaya
2012

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk social, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu. Sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Salah satu contoh gangguan interaksi dengan orang lain (gangguan berhubungan social) klien menarik diri, curiga. Alas an untuk memilih menarik diri, curiga dalam terapi aktivitas kelompok, karena banyak klien menarik diri yang ditemui di ruangan dan sesuai dengan kebutuhan ruangan sebagai transisi dimana klien perlu belajar untuk interaksi.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain (struart & Laria 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995 dalam Stuart & Laria 2001).
Terapi kelompok adalah suatu psikotherapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/ petugas kesehatan yang telah dilatih.
Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah klien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok, agar klien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain. Sehingga klien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Dan perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adaah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. (Keliat, 1996)
Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara cultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, Hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil / tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah.
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) klien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK klien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.


B.     PENGERTIAN TAK
Terapi Aktivitas Kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh seorang petugas kesehatan yang telah terlatih.
TUJUAN
a.       Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b.      Tujuan Khusus
Ø  Klien dapat memperkenalkan dirinya
Ø  Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
Ø  Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di dengar serta dimengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Ø  Meningkatkan ketrampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari.
Ø  Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

C.    LANDASAN TEORI
1.      Definisi Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Berkowitz, 1993)
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi menjadi dua yaitu perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. (Keltner et al, 1995)
Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu dengan perasaan marah. (Berkowitz, 1993)

2.      Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearan , kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak, cemas, tegang, demam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status, dan prestise yang tidak terpenuhi.
a)      Frustasi : seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
b)      Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, gampang tersinggung, gampang marah, dan sebagainya.
c)      Kebutuhan akan status dan pretise ; manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
3.      Rentang Respon Marah
Respon kemarahan dapat di fluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut ; (Keliat, 1997, hlm 6)
a)      Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
b)      Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
c)      Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
d)     Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
e)      Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
4.      Proses Marah
Strees, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu.
5.      Gejala Marah
Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa.
Gejala-gejala atau perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya sebagai berikut :
a)      Perubahan Fisiologik : tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, pupil dilatasi, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
b)      Perubahan Emosional : mudah tersinggung, tidak sabar, frustasi, ekspresi wajah tampak tegang, bila mengamuk kehilangan control diri.
c)      Perubahan Perilaku : agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis, curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.

6.      Perilaku Marah
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
a)      Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi
b)      Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri klien.
c)      Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.
d)     Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
7.      Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan strees, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998, hlm 33)
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain ( Maramis, 1998, hlm 83 ) :
Ø  Sublimasi : menerima suatu pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok, dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketagangan akibat rasa marah.
Ø  Proyeksi : menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
Ø  Resepsi : mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk kealam sadar. Misalnya : seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
Ø  Reaksi formasi : mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seseorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
Ø  Displacement : melepaskan perasaan yang tertekan bisaanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.

D.    METODE AKTIVITAS KELOMPOK
Metode yang digunakan pada terapi aktivitas kelompok (TAK) ini adalah metode :
a.       Diskusi dan Tanya Jawab
b.      Melengkapi jadwal harian
c.       Bermain peran / simulasi
Kegiatan TAK ini terdiri dari 3 sesi yaitu :
a.       Sesi 1 : Mengenal perilaku kekerasan yang bisaa dilakukan
b.      Sesi 2 : Mencegah perilaku kekerasan fisik
c.       Sesi 3 : Permainan
E.     TUJUAN
1.      SESI 1
a.       Tujuan Umum
Ø  Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Ø  Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain.
b.      Tujuan Khusus
Ø  Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya
Ø  Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan sat marah (tanda dan gejala marah ).
Ø  Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan ).
Ø  Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2.      SESI 2
a.       Tujuan Umum
Ø  Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya
Ø  Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan orang lain
b.      Tujuan Khusus
Ø  Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang bisaa dilakukan klien
Ø  Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.
Ø  Klien dapat mendemonstrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan.(Keliat, B. A. 2008)
3.      SESI 3
a.       Tujuan Umum
Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok.
b.      Tujuan Khusus
Ø  Klien dapat memperkenalkan dirinya.
Ø  Klien bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada orang lain
Ø  Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Ø  Klien dapat menyalurkan emosi memberi kesempatan untuk menyalurkan emosinya dan di dengar serta di mengerti oleh anggota kelompok lainnya.
Ø  Meningkatkan keterampilan hubungan social untuk diterapkan sehari-hari
Ø  Melatih kesabaran, konsentrasi dan kreatifitas.

F.     PERSIAPAN
1.      Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini adalah
a.       Klien yang tidak terlalu gelisah
b.      Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok.
c.       Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil
d.      Klien tenang dan kooperatif
e.       Kondisi fisik dalam keadaan baik
f.       Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
2.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Terapi aktifitas kelompok ini dilaksanakan pada :
Hari / Tanggal : senin, 14 Mei 2012
Waktu                        : 11.00 WIB
Tempat           : Mini Hospital StiKes BTH Tasikmalaya


3.      Nama Klien
Klien yang mengikuti kegiatan TAK berjumlah 10 orang, adapun nama-nama kien yang akan mengikuti TAK yaitu :
a.       Acep
b.      Andika
c.       Andi
d.      Arif
e.       Bahari
f.       Deden
g.      Devi
h.      Eli
4.      Media dan Alat
TAK ini tidak menggunakan alat atau media yang spesifik, penggunaan alatnya hanya berdasar apa yang ada di ruangan saja seperti :
a.       Papan tulis ,whiteboard.
b.      Spidol.
c.       Buku catatan dan pulpen
d.      Jadwal kegiatan klien
5.      Susunan Acara
a.       Leader               : Endang Sudrajat
b.      Co Leader          : Dodi nurhakim
c.       Fasilitor             :
1.      Anggita
2.      Anky
3.      Anisa N
4.      Anisa S
5.      Deri
6.      Dini
7.      Entin
8.      Dita

d.      Observer   :
Ani nuraeni
e.       Teknisi :
A.M ikbal
6.      Uraian Tugas Pelaksanaan
a.       Leader
Tugas :
1.      Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan klien termotifasi untuk mengekspresikan perasaannya.
2.      Auxilergy Ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
3.      Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan.
b.      Co Leader
Tugas :
1.      Membuka acara
2.      Mendampingi leader
3.      Mengambil posisi leader jika leader blocking
4.      Menyerahkan posisi kembali kepada leader
5.      Menutup acara diskusi
c.       Fasilitator
Tugas :
1.      Mempertahankan kehadiran peserta
2.      Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
3.      Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar maupun dalam kelompok.
d.      Observer
Tugas :
1.      mengidentifikasi kedalam kegiatan
2.      mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
3.      mengamati dan mencatat
Ø  Jumlah anggota yang hadir
Ø  Siapa yang terlambat
Ø  Daftar hadir
Ø  Siapa yang memberi pendapat atau ide
Ø  Toik diskusi
4.      mencatat moddifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang
5.      memprediksi respon anggota kelompok pada season berikutnya.
7.      Setting Tempat


8.      Tata Tertib dan Program Antisipasi
a.       Tata tertib :
1.      peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
2.      Berpakaian rapi dan bersih
3.      Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama kegiatan TAK
4.      Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka peserta tersebut diganti peserta cadangan.
5.      Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.
6.      Paserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
7.      Peserta yang ingin mengajukan pernyataan, mengangkat tangan terlebih dahulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
b.      Program Antisipasi
1.      Usahakan dalam keadaan terapeutik
2.      Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
3.      Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu kepada peserta.
4.      Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan penawaran.
5.      Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai persetujuan dari peserta TAK yang lain.
6.      Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.
7.      Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.


G.    RENCANA PELAKSANAAN
1.      Persiapan
a.       Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b.      Membuat kontrak dengan klien
c.       Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2.      Orientasi
a.       Salam Terepeutik
1)      Salam dari terapis kepada klien
2)      Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai) papan nama
3)      Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b.      Evaluasi / Validasi
1)      Menanyakan perasaan klien saat ini
2)      Menanyakan masalah yang dirasakan
c.       Kontrak
1)      menjelaskan tujuan kegiatan yaitu, mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
2)      Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a)      Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis.
b)      Lama kegiatan 60 menit.
c)      Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
d.      Kerja
(terlampir dalam sesi-sesi)
e.       Terminasi
1)      Evaluasi
a.       Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK
b.      Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif
2)      Tindak lanjut
3)      Kontrak yang akan datang.
Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
H.    SESI-SESI
1.      Sesi 1
a.       tahap Kerja
1.      Mendiskusikan penyebab marah.
a.       Tanyakan pengalaman tiap klien
b.      Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
2.      Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
a.       Tanyakan perasaan tiap saat terpapar oleh penyebab (tansa dan gejala)
b.      Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
3.      Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan, mencederai / memukul orang lain, dan memukul diri sendiri).
a.       Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah.
b.      Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
4.      membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering untuk di peragakan
5.      Melakukan bermain peran / stimulasi untuk perilaku kekerasan yang tidak berbahaya (terapis sebagai sumber penyebab dasar klien yang melakukan perilaku kekerasan
6.      Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran / stimulasi.
7.      Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
a.       Tanyakan akibat perilaku kekerasan
b.      Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
8.      Memberikan reinforcement pada peran serta klien
9.      Dalam menjalankan fase ini di usahakan semua klien terlibat.
10.  Beri kesimpulan penyebab, tanda gejala perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan.
11.  Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan.
Pertanyaan :
1. Bagaimana keadaanya hari ini?
2.    Siapa namanya bapa (semua klien mengenalkan namanya)?
3.    Bisa jelaskan kenapa bapa bisa melakukan hal yang seperti itu, (semua klien menjelaskan penyebabnya) ?
4.      Sesi 2
a.       Tahap Kerja
1.      Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
a.       Tanyakan kegiatan : rumah tangga, harian, dan OR yang dilakukan klien
b.      Tulis di papan tulis / flichart / whiteboard
2.      Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan kemarahan secara sehat : tarik nafas dalam, menjemur / memukul bantal/kasur, menyikat kamar mandi, main bola, senam, memukul bantal pasir, tinju dan memukul gendang.
3.      Membantu memilih dua kegiatan yang dapat di lakukan
4.      Bersama klien mempraktikkan dua kegiatan yang di pilih
a.       Terapis mempraktekkan
b.      Klien melakukan rekomendasi
5.      Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekkan cara penyaluran kemarahan
6.      Memberikan pujian pada peran serta klien
7.      Upayakan semua klien berperan aktif
Pertanyaan :
1.      Bagaimana cara bapa melampiaskan marahnya?
2.      Apakah dengan cara itu bapa bisa senang kekesalan bapa bisa hilang?

5.      Sesi 3
a.       Fase Kerja
1.      Menyebutkan nama panggilan, hobi dan alamat
2.      Pembagian kelompok menjadi 3-4 kelompok kecil
3.      Setiap kelompok kecil membentuk lingkaran masing-masing
4.      Setiap kelompok diberi sedotan/pipet lalu disambungkan membentuk lingkaran, dimana seluruh anggota kelompok berada di dalam lingkaran sedotan atau pipet tersebut dan sedotan/pipet tidak boleh lepas (waktu 8menit)
5.      Setelah membuat lingkaran setiap kelompok menetapkan salah satu wakil anggota untuk mengambil karet gelang yang disebarkan diluar lingkaran
6.      Lalu karet gelang tersebut dibawa masuk kedalam lingkaran sedotan atau pipet, dan disambung bersama-sama dengan anggota kelompok lainnya.
7.      Bagi kelompok yang memiliki sambungan karet gelang terpanjang dinyatakan sebagai pemenang dan mendapatkan reinforcement.
Permainan : seven up dan nyanyi













I.       EVALUASI DAN DOKUMENTSI
Sesi TAK 1
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan psikologis.
No
Nama Klien
Penyebab PK
Memberi Tanggapan Tentang
Tanda&gejala
PK
Akibat PK
1
Acep 
Putus cinta



2
Andika
Di Tolak Cinta



3
Andi
Gagal nikah



4
Arif
Cerai



5
Bahari
PHK



6
Deden
Putus cinta



7
Devi
KDRT



8
Eli 
Di tolak cinta




PETUNJUK :
1.      Tulis nama panggilan pasien klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2.      Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Beri tanda”V” jika klien mampu dan tanda “X” jika klien tidak mampu
DOKUMENTASI
Dokumentasi tentang kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 1. TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (karena tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan (gregetan dan deg-deg kan), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan di bawa ke rumah sakit jiwa). Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua di rasakan selama di rumah sakit.
SESI 2 : TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencagah perilaku kekerasan fisik
No
Nama Klien
Penyebab PK
Mempraktekkan cara fisik yang pertama
Mempraktakkan cara yang kedua
1
Acep 
Putus cinta


2
Andika
Di Tolak cinta


3
Andi
Gagal nikah


4
Arif
Cerai


5
Bahari
PHK


6
Deden
Putus cinta


7
Devi
KDRT


8
Eli 
Di tolak cinta


           
PETUNJUK
1.Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda (√) jika klien mampu dan taqnda (X) jika klien tidak mampu (Keliat, BA. 2000)
DOKUMENTASI
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh : Klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan Bantu klien mempraktekkan di ruang rawat (buat jadwal).
J.      PENUTUP
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
SESI 3 ; TAK
Evaluasi Kemampuan Sosialisasi
a.       Kemampuan verbal : bertanya dan meminta
No.
Aspek yang di nilai
Nama Klien
Acep
Andika
Andi
Arif
Bahari
Deden
Devi
Eli
1.
Kontak mata








2.
Duduk tegas








3.
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai








4.
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir








Jumlah :








           




  1. Kemampuan Verbal : menyebutkan manfaat TAK
No.
Aspek yang di nilai
Nama Klien
Acep
Andika
Andi
Arif
Bahari
Deden
Devi
Eli
1.
Menyebutkan manfaat secara jelas








2.
Menyebutkan manfaat secara verbal








3.
Menyebutkan manfaat secara verbal








4.
Menyebutkan manfaat secara spontan








Jumlah :








c.       Kemampuan non verbal
No.
Aspek yang di nilai
Nama Klien
Acep
Andika
Andi
Arif
Bahari
Deden
Devi
Eli
1.
Kontak mata








2.
Duduk tegas








3.
Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai








4.
Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir








Jumlah :











Tidak ada komentar:

Posting Komentar